ISIS Sebabkan 500 Penduduk Suriah Derita Leishmaniasis

Aktivis hak asasi manusia mengecam ISIS karena menyebabkan lebih dari 500 Penduduk Suriah menderita penyakit Leishmaniasis selama 12 bulan.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 05 Des 2015, 17:00 WIB
Diterbitkan 05 Des 2015, 17:00 WIB
500 Penduduk Suriah Derita Penyakit Leishmaniasis
Aktivis hak asasi manusia mengecam ISIS karena menyebabkan lebih dari 500 Penduduk Suriah menderita penyakit Leishmaniasis selama 12 bulan.

Liputan6.com, Jakarta Aktivis hak asasi manusia mengecam ISIS karena menyebabkan lebih dari 500 Penduduk Suriah menderita penyakit Leishmaniasis selama 12 bulan.

Seperti dimuat laman Dailymail, Sabtu (5/12/2015), leishmaniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa jenis leishmania yang ditularkan melalui gigitan lalat pasir.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, ada tiga bentuk utama dari penyakit ini dan tersebar lebih dari 20 parasit, seperti:

- Cutaneous Leishmaniasis

Jenis ini adalah bentuk paling umum yang menyebabkan koreng pada luka yang terbuka. Hal ini juga dapat menyebabkan jaringan parut permanen, stigma dan cacat.

- Visceral Leishmaniasis

Jenis ini adalah bentuk yang paling parah karena dapat berakibat fatal jika tidak diobati. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan berat badan serta pembesaran hati dan limpa.

- Mucocutaneous Leishmaniasis

Jenis ini paling mengerikan karena menggerogoti selaput lendir hidung, mulut dan tenggorokan.

Andil ISIS

Menurut Palang Merah Kurdi, Dilqash Isa, kelompok teroris ISIS di Suriah dianggap paling bertanggung jawab atas infeksi ini karena membuang mayat ke jalan.

"Ini adalah hasil tindakan keji yang dilakukan ISIS. Mereka membunuh orang tak bersalah dan membuang mayatnya ke jalan-jalan. Hal ini adalah faktor utama penyebaran penyakit Leishmaniasis," kata Isa.

Organisasi Kesehatan Dunia sejauh ini telah memperingatkan, perang sipil di Suriah berdampak dramatis pada kesehatan bangsa dan runtuhnya pelayanan medis. Mereka bahkan mengklaim, 13 juta warga Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dan 58 persen dari rumah sakit umum di negara itu baik sebagian atau sepenuhnya telah hancur.

"Kami melihat adanya peningkatan kasus trauma, meningkatnya kebutuhan kesehatan mental, masalah kesehatan reproduksi dan penyakit menular dan tidak menular," tulis pernyataan WHO.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya