Jika Suami Siaga, Depresi PPD pada Istri Dapat Disembuhkan

Depresi setelah melahirkan berupa Postpartum Psychosis Depression (PPD) dapat membuat istri ingin menghabisi nyawa sendiri dan bayi.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 25 Apr 2016, 12:00 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2016, 12:00 WIB
Postpartum psychosis depression
Depresi setelah melahirkan berupa Postpartum Psychosis Depression (PPD) dapat membuat istri ingin menghabisi nyawa sendiri dan bayi.

Liputan6.com, Jakarta Suami adalah orang paling dekat yang dapat melihat perubahan di diri perempuan setelah melahirkan. Suami juga yang dapat mencegah agar istri tidak mengalami depresi yang terlalu berat, yakni Postpartum Psychosis Depression (PPD), yang mungkin menyerang wanita setelah melahirkan.

PPD merupakan jenis depresi setelah melahirkan yang paling ditakuti para perempuan. Kondisi yang didahului dengan insomnia, agitasi, kebingungan, iritabilitas, dan kecemasan membuat istri seakan-akan mendapat bisikan gaib untuk menghabisi nyawa sendiri dan nyawa si jabang bayi.

"Suami harus dapat melihat seberapa besar keinginan istri memberi bonding. Jika dua atau tiga minggu setelah melahirkan istri masih depresi, lesu, tidak semangat, dan tidak ada keinginan melihat si jabang bayi, bisa dijadikan tanda untuk segera membawa istri ke dokter ahli kejiwaan," kata dokter spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Tjhin Wiguna, saat dihubungi Health Liputan6.com, Senin (25/4/2016)

Jangankan sesudah melahirkan, begitu pasangan suami istri memutuskan untuk memiliki anak, harus dipastikan bahwa istri siap melewati masa-masa selama kehamilan sampai proses persalinan. Suami juga harus tahu, apabila depresi yang dialami istri lebih dari dua minggu, itu tidak bisa dikatakan lagi sebagai baby blues.

"Gejala-gejala Postpartum Psychosis Depression (PPD) aktivitas motorik menurun, lebih perasa, mudah sedih, tidak berminat melakukan apa pun, dan mood menurun. Di samping itu kerap muncul rasa sebal, cenderung marah, dan tersinggung," ujar Tjhin Wiguna.

Ketika istri yang depresi itu sampai di titik ia merasa tak berdaya, tak jarang muncul rasa ingin menyakiti diri sendiri, bahkan membunuh bayinya. "Dalam kondisi terpuruk, pikiran-pikiran seperti tersebut muncul," kata Tjhin menambahkan.

Gejala psikosis postpartum dapat berubah dengan cepat. Perubahan periode suasana hati yang ekstrem dengan cepat diikuti oleh kesedihan yang mendalam atau marah juga teramati. PPD ini dapat disembuhkan bila terdeteksi sedini mungkin.

Sekali pun perempuan yang mengalami depresi setelah melahirkan itu adalah korban pemerkosaan, deteksi dini bisa diterapkan. "Dia mungkin tak punya suami, tapi dia punya keluarga atau suster yang membantu ia melahirkan," ujar Thjin menerangkan.

Dengan membawa "korban" ke dokter spesialis kejiwaan, maka akan cepat untuk dievaluasi. "Setelah tahu apa masalahnya dan memang depresi itu bisa disembuhkan dengan obat, akan diberikan obat. Karena pusat dari depresi itu terjadi di otak," kata dia menambahkan.

PPD atau Postpartum Psychosis Depression tidak sama dengan baby blues. Baby blues merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penarikan diri, jenis depresi yang relatif ringan setelah melahirkan. Meski sama-sama murung, mudah cemas, dan mudah sekali menangis, ibu-ibu yang mengalami baby blues tidak memiliki keinginan menghabisi nyawa si jabang bayi.

"Baby blues biasa terjadi sejak melahirkan hari pertama sampai 10 atau 14 hari ke depan. Lebih dari itu masih depresi, waspadai PPD atau Postpartum Psychosis Depression," kata Tjhin Wiguna menekankan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya