Wanita Berisiko Lebih Besar Terinfeksi Virus Zika

Virus Zika tak mengenal jenis kelamin, pria dan wanita sama-sama berisiko terinfeksi.

oleh Melly Febrida diperbarui 17 Nov 2016, 13:30 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2016, 13:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Virus Zika tak mengenal jenis kelamin, pria dan wanita sama-sama berisiko terinfeksi. Namun, kaum hawa yang lebih besar risikonya terinfeksi Zika dibanding pria.

Para ilmuwan Gladstone Institute menemukan virus memicu keterlambatan respons pada kekebalan vagina. Penundaan ini memungkinkan virus tidak terdeteksi, membuat janin berisiko lebih besar juga terinfeksi.

"Terlebih lagi, lambatnya respons kekebalan vagina yang lembab, memberikan virus lebih banyak waktu menyebar ke janin jika seorang wanita hamil atau menjadi hamil selama masa infeksi," kata peneliti senior Shomyseh Sanjabi, asisten ​​di Gladstone, seperti dilansir Healthday, Kamis (17/11/2016).

Virus Zika biasanya ditularkan gigitan nyamuk yang terinfeksi, tetapi dapat juga ditularkan melalui hubungan seks. Infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir dengan cacat lahir parah yang mencakup mikrosefali, otak dan kepala ukurannya lebih kecil.

Infeksi material Zika menyebabkan ribuan kasus mikrosefali - terutama di Brazil - sejak wabah Zika mulai di Amerika Selatan pada April 2015. Pada penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Medicine, para ilmuwan menginfeksi tikus betina dengan Zika, baik itu melalui vagina atau melalui gigitan nyamuk.

Biasanya, ketika sel-sel yang terinfeksi, mereka akan merilis interferon -molekul yang bertindak sebagai garis pertama pertahanan tubuh dalam melawan kuman berbahaya-. Interferon kemudian mulai melawan virus dan meminta sistem kekebalan tubuh untuk menyerang.

Tapi, studi baru ini menemukan setelah tiga hari, tikus yang digigit nyamuk pembawa Zika memiliki respons imun yang lebih kuat dibanding yang terinfeksi melalui vagina. Bahkan, para peneliti melaporkan tikus yang terinfeksi dari vagina tidak memiliki interferon yang terdeteksi dan banyak virus di vagina mereka.

"Kami sangat kaget tentang kurangnya respons interferon," kata penulis studi, Shahzada Khan.

Menurut Khan, interferon sebagai langkah pertama dalam respons imun, dan faktanya interferon hampir tidak terdeteksi dalam vagina. "Tanpa interferon, sisa sistem kekebalan tubuh tidak dapat dipicu efisien, sehingga sangat sulit bagi tubuh untuk melawan infeksi virus," katanya.

Sistem kekebalan tubuh tikus yang terinfeksi melalui vagina tidak melawan virus, sampai menyebar ke jaringan limfoid sekitar seminggu kemudian. Tikus kemudian dibersihkan dari Zika, tapi jejak virus masih ditemukan di vagina.

Para penulis studi menemukan, bagaimanapun, obat inflamasi pada vagina memiliki efek perlindungan terhadap virus, mendorong pelepasan interferon dan memungkinkan tikus untuk menyingkirkan virus dalam beberapa hari.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah pendekatan ini dapat membantu melindungi wanita dari penularan virus Zika melalui seksual. Namun, penelitian dengan hewan tidak selalu sama pada manusia.

Studi telah menunjukkan Zika dapat tetap di dalam air mani laki-laki selama berbulan-bulan. Untuk membantu mencegah penularan saat berhubungan seks, Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS merekomendasikan orang-orang yang telah melakukan perjalanan ke daerah dengan infeksi Zika menggunakan kondom selama enam bulan, bahkan jika tidak memiliki gejala infeksi.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya