Dermatolog Ungkap Alasan Kenapa Jerawat Tak Boleh Dipencet

Dokter spesialis kulit, Michelle Rodrigues dari St Vincent's Hospital, Melbourne tidak membenarkan siapapun memencet jerawat

oleh Fitri Syarifah diperbarui 31 Des 2016, 14:41 WIB
Diterbitkan 31 Des 2016, 14:41 WIB

Liputan6.com, Jakarta Tak bisa dipungkiri, meski banyak dari kita tahu memencet jerawat akan memicu peradangan kulit, namun nyatanya hal ini tidak bisa dihindari. Apalagi saat bercermin, jerawat muncul di waktu tak tepat. Hal ini akan mengganggu penampilan.

Bagaimanapun, dokter spesialis kulit, Michelle Rodrigues dari St Vincent's Hospital, Melbourne tidak membenarkan siapapun memencet jerawat karena hanya akan memperparah kondisi kulit.

Menurut Rodrigues, lebih dari 80 persen remaja menderita jerawat. Jerawat sendiri bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah ketidakseimbangan hormon yang disebut androgen. Kondisi ini memicu kelenjar minyak (sebaceous glands) yang terletak di dasar folikel rambut mengeluarkan minyak (sebum) untuk melumasi permukaan kulit dan rambut.

Sebenarnya, semua bagian tubuh mengandung kelenjar sebaceous, kecuali telapak tangan dan kaki. Namun peradangan paling sering muncul di wajah atau punggung.

Lantas, mengapa tidak boleh memencet jerawat?

"Jerawat itu seperti tas kecil di bawah kulit yang mengandung minyak, bakteri dan peradangan. Memencetnya, hanya akan mengakibatkan isi tas ini terdorong ke dalam kulit atau menyebar di sekitarnya, dan membuat masalah lebih buruk," kata Rodrigues, seperti dikutip Independent.co.uk, Sabtu (31/12/2016).

Akan jadi semakin buruk, kata dia, bila memencet jerawat karena bisa meninggalkan jaringan parut. Tak seperti jerawat, jaringan parut bersifat permanen.

"Padahal jika Anda menahan memencet jerawat, jerawat akan kering dan hilang dengan sendirinya selama lebih dari seminggu, tanpa bekas luka," ujarnya.

Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah jerawat?

Jika Anda ingin mencegah jerawat, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

- Makan sehat

Konsumsi makanan seimbang, diet rendah gula. Termasuk konsumsi kacang-kacangan, ikan, daging merah, buah-buahan dan sayuran. Beberapa studi menunjukkan, minum susu terlalu sering bisa memicu jerawat, namun penelitian lebih lanjut diperlukan.

- Hindari menggosok wajah berlebihan

Jerawat tidak hanya terjadi akibat akumulasi kotoran dan debu pada kulit, melainkan salah dalam merawat wajah. Misal terlalu keras menggosok wajah atau terlalu sering mengganti produk sehingga meningkatkan iritasi kulit.

- Pilih pembersih bebas minyak

Pilih pelembab dan tabir surya yang biasanya diberi label "non-comedogenic" pada kemasan.

- Tidak memencet jerawat

Memencet jerawat hanya akan menyebabkan masalah serius. Bila jerawat dirasa terlalu besar dan mengganggu, segera konsultasi pada dokter spesialis kulit.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya