Liputan6.com, Ohio Ada kisah menarik soal Margaret (bukan nama sebenarnya). Di saat teman-temannya bangga kehilangan keperawanan di usia remaja, ia menganggap menjaga kesucian kelamin itu justru penting.
Ia tidak peduli bagaimana orang lain melihatnya, yang jelas, seperti dilansir Cosmopolitan, ia menganggap keperawanan itu penting dan ia jaga hingga menikah.
Baca Juga
Menyambut pernikahan
Advertisement
Margaret menikah dengan sederhana. Ia bahkan tak memilih gaun mewah bak puteri raja di hari besarnya. Menurutnya, di usia 79 tahun sepertinya tidak perlu gaun putih besar. "Mungkin jika aku lebih muda bagus, tapi aku terlalu tua."
Menikah di Gereja Katolik , pernikahan berlangsung secara tradisional. Sang pengantin pria berusia 85 tahun, ia terlihat rapi mengenakan jas lengkap dengan dasi yang serasi.
"Ibuku tidak begitu suka padanya, karena dia sudah terlalu tua. Tapi aku tidak peduli, aku mencintainya," ujar Margaret.
Bertemu 60 tahun lalu
Margaret dan Henry bukan sekali dua kali bertemu. Keduanya bertemu sekitar 60 tahun lalu. Mereka lahir dan dibesarkan di kota yang sama, di sekitar sungai Ohio.
Kala itu, Margaret berusia 17 tahun dan Henry sudah bekerja di sebuah pabrik baja. Tapi keduanya sudah saling jatuh hati.
Selama 4,5 tahun, Margaret dan Henry akhirnya resmi menjalin hubungan. Meskipun Margaret harus berada jauh di Kent State University, ia akan mengunjungi Henry pada akhir pekan dan liburan.
Tapi hubungan mereka tidak semudah kelihatannya. Hubungan mereka menghadapi sejumlah besar reaksi dari keluarga dan kampung halaman mereka. Ibunya meminta Henry putus dengan putrinya. Ia berpikir, pria itu miskin dan jika Margaret yang juga miskin hidup dengannya, keduanya akan susah.
Dengan semua tekanan itu, lama-lama Henry mulai meragukan hubungan mereka. "Aku hanya seorang pekerja pabrik yang miskin," katanya. Margaret tidak mau putus, tapi ia tidak memiliki pilihan. Apalagi mereka tinggal sangat jauh.
"Dia hanya mengatakan kepadaku kalau ia tidak akan pernah melupakan aku," kata Margaret.
Margaret langsung sadar bahwa dia membuat kesalahan besar. Dia merasa begitu bersalah dan ia mencoba menelepon Henry di hari berikutnya untuk meminta maaf dan memohon dia untuk kembali padanya. Tapi Henry tidak ingin bertemu dengannya karena ia patah hati.
Sejak itu, ia tidak pernah mendengar kabar Henry. Untuk melupakannya, Margaret fokus pada studinya. Dia lulus dan memutuskan untuk mengejar gelar master. Ia menjadi dosen sekitar 30 tahun hingga ia pensiun di awal usia 60 tahun.
"Aku sangat sibuk dan tak ada waktu untuk kesepian. Dan aku juga harus merawat ibu yang sakit.
Namun sang adik ipar justru sedih melihat kakaknya. "Dia menikah dengan pekerjaannya," kata Sarah. Meski ia berkencan dengan beberapa pria, tapi ia menganggap tak memiliki hubungan serius. Ia masih ingat Henry.
Sarah yang ketika itu bercerita pada pengurus rumah tangga menceritakan kisah Margaret. Dan saking penasaran, pengurus rumah tangga itu melakukan beberapa penelusuran mencari tahu segala hal tentang Henry.
"Entah bagaimana, dia akhirnya menemukan informasi tentang Henry," ujarnya. Margaret saja pasti tidak akan menemukannya, karena dulu belum ada ponsel, komputer apalagi email.
Sekitar 21 minggu kemudian, Sarah akhirnya berhasil menghubungi Henry. Dan mengejutkan dia pun mengatakan masih mencintai kakaknya. Ia minta pria itu menghubungi kakaknya.
Setelah berbicara di telepon selama beberapa minggu, mereka akhirnya bertemu secara pribadi. Dan tak lama setelah itu, Henry akhirnya melamar Margaret. Tapi Maragret malah menolaknya. Ia merasa mereka hampir tidak saling mengenal lagi.
Henry tidak berkecil hati dengan jawaban Margaret. Dia masih meneleponnya setiap malam dan mereka selalu bertemu setiap minggu. Hingga beberapa bulan yang lalu, Henry mencoba lagi meminta Margaret dengan membawa cincin pertunangan.
"Kali ini aku bilang ya.Mungkin orang pikir aku aneh. Tapi sejujurnya aku masih mencintainya," kata Margaret.
Sebelum menikah, Margaret sempat bertanya, mengapa Henry meninggalkannya dulu. Ia menjawab, ia ingin kekasihnya itu melanjutkan sekolahnya dengan tenang. Karena ia yakin, bersamanya, ia tidak akan bisa membiayai sekolah tinggi. Ia juga ingin Margaret hidup lebih baik.