Liputan6.com, Jakarta Tak tampak senyum yang mengembang dari wajah Djarot Saiful Hidayat saat menerima mandat dari Mendagri sebagai Plt Gubernur DKI Jakarta selama Ahok mendekam di penjara.
Tak lama setelah dilantik menggantikan posisi Ahok, Djarot kemudian mengeluarkan pernyataan siap menjadi jaminan supaya Ahok dibebaskan. Bahkan, mantan Wali Kota Blitar ini mengaku siap menggantikan Ahok di penjara.
Advertisement
Baca Juga
Ahok bagi Djarot bukan sekadar rekan kerja. Lebih dari itu, Djarot menganggap Ahok adalah sahabat.
"Ketika punya sahabat yang sakit, kita juga ikut sakit. Ketika sahabat itu sedang bersenang-senang, kita bersyukur," kata Djarot. Masyarakat DKI Jakarta yang mendengar ucapan itu merasa terharu, dan seketika Ahok-Djarot dijuluki sebagai sahabat yang pantas jadi panutan.
Hal senada juga diungkapkan Psikolog Anak, Ratih Zulhaqqi. Tindakan yang dilakukan oleh Djarot semestinya menjadi contoh bagi remaja-remaja sekarang yang tidak semuanya mengerti arti dari persahabatan itu sendiri.
"Kalau aku melihatnya lebih kepada responsibility. Bahwa di situasi apa pun tanggung jawab itu penting dan mereka tetap fokus pada tujuan di awal," kata dia.
Ibaratnya, lanjut dia, perjuangan tidak berhenti meski ada rintangan yang menghadang. "Dan, Alhamdulillah-nya, Pak Ahok punya rekan yang cukup solid. Artinya, mereka satu visi dan pikiran sehingga tidak sulit untuk menjalankan ke depannya," kata Ratih menambahkan.
Ahok-Djarot adalah pasangan pejabat yang layak dijadikan panutan. Pejabat itu adalah sebuah posisi yang semestinya dapat dijadikan panutan dan bisa membawa kebaikan bagi banyak orang.
Menurut Ratih, di situlah peran pejabat bahwa Ahok-Djarot menjalankan tugasnya demi kebaikan banyak orang.
"Ibaratnya begini, kita yang muslim, salat bukan untuk mengejar surga, kan? Salat itu memang kita lakukan atas dasar cintanya kita sama Sang Pencipta," kata Ratih.
Lebih lanjut, cintanya Ahok-Djarot untuk warga Jakarta memang harus dicontoh, karena terkadang remaja sekarang melakukan sesuatu karena ada embel-embelnya.