Liputan6.com, Jakarta Bernardus adalah sosok di balik lukisan kaleng Khong Guan. Identitas asli pria kelahiran Salatiga ini "dibocorkan" oleh anaknya sendiri, Andreas Prasadja RPSGTÂ yang merupakan seorang dokter spesialis tidur dari Snoring and Sleep Disorder Clinic, Pondok Indah.
Lewat akun Twitter pribadinya @prasadja, Jumat, 16 Juni 2017, sang dokter mengumumkan bahwa pelukis gambar keluarga pada kaleng biskuit Khong Guan adalah ayahanda tercinta.
Baca Juga
Ini ayah saya pelukis gambar keluarga pada kaleng biskuit Khong Guan dengan karya lainnya: logo sirup Marjan pic.twitter.com/sc9jpbor32
— IG @DokterPrasadja (@prasadja) June 16, 2017
Berkat Andreas, Health Liputan6.com berhasil menghubungi Bernardus. Kepada kami, dia banyak bercerita mengenai awal mula lukisan ibu dan anak yang ada di kaleng Khong Guan, dan membeberkan rahasia tetap bugar di umur 70 tahun menggunakan perawatan metode prana.
Advertisement
"Terkait kaleng Khong Guan itu, sebetulnya saya hanya mengikuti kemuan orang yang memintanya. Mereka yang kasih contoh gambar ke saya. Saya lukis berdasarkan petunjuk itu," kata Bernardus.
Saat kami singgung apakah perempuan yang ada di gambar itu adalah seorang janda, Bernardus menanggapinya sambil tertawa.
"Bukan. Bukan janda. Orang sekarang saja yang lebay, sampai ada meme-nya," kata Bernardus.
"Sebenarnya, kenapa di kaleng Khong Guan itu hanya ada ibu dan anak-anaknya, karena pada zaman itu yang suka belanja biskuit cuma ibu-ibu. Kalau yang dilukis bapak-bapak, nanti produknya enggak laku," kata Bernardus menjelaskan.
Bernardus yang ternyata lulusan Seni Rupa ITB kini tak lagi terpikiran untuk kembali melukis walaupun gambar di kaleng Khong Guan itu menjadi viral selama beberapa tahun terakhir.
Dia juga menanggapi santai mengapa tak pernah "menampakkan diri" sewaktu kaleng Khong Guan itu banyak dibicarakan orang.
"Buat apa? Kaleng itu sudah ada 40 tahun yang lalu, baru viralnya sekarang. Lagipula saya tidak punya waktu untuk itu. Sekarang ini saya lagi sibuk dengan pengobatan prana," kata Bernardus menambahkan.
Sibuk mengajarkan pengobatan prana
Pengobatan prana masih terdengar asing di telinga masyarakat kita. Hal itu pun dibenarkan oleh Bernardus. Namun, perlu diketahui bahwa dengan pengobatan prana itu yang membuat dia masih tetap sehat dan bisa jalan ke mana-mana di umur yang terbilang tua.
Pengobatan prana, kata dia, adalah penyembuhan tanpa obat dan tanpa menyentuh. Pengobatan ini bisa diterapkan ke semua pasien, apa pun penyakitnya. Hanya masalahnya, tidak semua penyakit bisa disembuhkan.
"Intinya begini, kalau kita banyak memaafkan, banyak menyumbang, dan banyak melakukan perbuatan baik, nantinya kekuatan penyembuhan ini akan muncul. Inilah yang akan kita pakai untuk membantu orang lain," kata Bernardus.
Sekarang, hari-harinya dihabiskan untuk mengajarkan pengobatan prana ke banyak orang. Makanya, di saat kaleng Khong Guan banyak diomongin, Bernardus tak mau ambil pusing, dan memilih tetap berkeliling menemui orang-orang yang sakit.
Karena dengan begitu, orang yang diajarkan itu dapat mengajarkannya lagi ke orang-orang di sekitarnya.
"Pengobatan prana ini bukan pengobatan utama. Saya tetap menganjurkan pasien saya untuk terlebih dulu berobat ke dokter. Baru setelah itu dibantu dengan pengobatan prana," kata Bernardus.
"Karena begini, ada banyak faktor mengapa penyakit seseorang tidak bisa disembuhkan. Salah satunya tentang penerimaan ke diri sendiri," kata dia melanjutkan.
Bernardus agak kesulitan untuk menjelaskan lebih detail mengenai pengobatan prana ini. Dia pun memberikan kesempatan kepada kami untuk melihat langsung. Sebab, butuh "waktu" untuk memahami pengobatan ini.
"Di penyembuhan prana itu selalu urutannya ada tujuh butir yang harus dilakukan. Penyakit apa pun urutannya seperti itu. Tujuh butirnya apa saja, kalau belum belajar prana, bingung nanti menjelaskannya," kata dia.
"Misal, pertama harus mengaktifkan telapak tangan. Kemudian, memeriksa dengan itu. Kira-kira di bagian mana tubuh yang perlu disembuhkan. Tangan kita ini seperti stetoskop, kita sendiri yang bisa merasakannya," kata Bernardus.
Nantinya, setelah seseorang mendalami pengobatan ini, dia bisa hidup lebih tenang dan lebih bisa memaafkan diri sendiri.
"Makanya, sekarang ini saya lebih fokus ke prana. Kalau soal melukis, cukup kaleng Khong Guan itu saja. Sekarang kesempatan buat yang muda-muda, yang jauh lebih kreatif dari saya," kata Bernardus.
Â