Kerja Keras Hana Agar Pasien Bipolar Tak Boleh Dipandang Remeh

Begini cara Hana yang berhasil mengubah pandangan remeh orang lain terhadap pasien bipolar.

oleh Aretyo Jevon Perdana diperbarui 21 Mar 2018, 08:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2018, 08:30 WIB
Pasien Bipolar
Hana pertama kali didiagnosis bipolar saat masih duduk di bangku SMP. Namun, kondisi tersebut tidak membuat Hana menyerah. (Liputan6.com/Aretyo Jevon Perdana)

Liputan6.com, Jakarta Mengidap bipolar tidak lantas membuat Hana Madness menyerah begitu saja. Perempuan yang akrab disapa Hana telah berhasil mengubah stigma gangguan jiwa dengan menjadi seorang seniman.

Hana menceritakan perjalanannya dalam mengubah stigma dari alami gangguan jiwa bipolar hingga menjadi sosok seniman Indonesia. Perempuan asal Bekasi tersebut didiagnosis mengidap bipolar pada 2010.

"Sebelum itu, banyak banget yang aku alami. Mulai dari nangis terus-terusan, nggak pulang ke rumah, sampai mau coba bunuh diri," kata Hana berbagi cerita pada seminar "Hug, Help, Solve the Problem", Selasa (20/3/2018).

Hana mengakui dirinya sudah tertarik dengan dunia seni sejak duduk di bangku SMP. Saat dia mulai mengalami gejala bipolar. Perempuan yang memiliki tato di semua lengannya ini mengatakan, saat itu dia memiliki mood yang naik turun sangat ekstrem.

"Saat itu, kehidupanku di sekolah juga berantakan banget. Aku enggak bisa apa-apa. Karena itulah aku pilih seni sebagai jalan hidupku,"

 

 

Hana Ciptakan Boneka untuk Pasien Bipolar

Bipolar
Berkat Tangan Dingin Hana, Dia Berhasil Ciptakan Boneka untuk Pasien Bipolar Bernama Hagi (Liputan6.com/Aretyo Jevon Perdana)

Selain itu, alasan alumni jurusan periklanan di salah satu universitas swasta di Jakarta ini menjadi seorang seniman, adalah karena seni butuh konflik. Menurut dia, konflik itulah yang menuntut seniman untuk menjadi kreatif.

"Dan aku terlibat dalam konflik tersebut, sehingga sayang banget kalau enggak dituangkan melalui sebuah karya,"

Meski awalnya tidak dapat menerima, tapi kini Hana sudah dapat bangkit dari gangguan jiwa bipolar yang dialaminya. Hal ini ditunjukkannya dengan membuat salah satu boneka bernama "hagi" sebagai simbol kesehatan jiwa.

Nama "hagi" berasal dari kata dam bahasa inggris yaitu "Hug" yang berarti peluk. Hana membuat boneka ini karena menurut dia, seseorang dengan gangguan jiwa sangat membutuhkan dukungan.

"Dukungan itu bisa berupa pelukan. Maka dari itu, nama (boneka) nya Hagi,"

 

Hana Menikah dengan Caregiver

Mengalami gangguan jiwa bipolar membuat Hana membutuhkan dukungan dari orang sekitar. Begitulah awal dari kisah cinta pemilik nama Hana Alfikih ini dengan suaminya.

Hana mengungkapkan suaminya sekarang adalah seorang caregiver-nya dulu, ketika masih berjuang menghadapi gangguan jiwa bipolar.

"Ya karena memang cuma dia yang bikin aku nyaman banget. Dia orangnya open minded, sabar banget. Dialah yang bikin keadaanku jauh lebih membaik,"

Hana mengaku dirinya bertemu dengan caregiver, yang kini menjadi suaminya, saat dia berumur 19 tahun. Menurut Hana, kehadiran sosok terdekat menjadi salah satu obat untuk bisa bangkit melawan gangguan jiwa bipolar yang dialaminya.

"Tapi juga harus dengan orang yang tepat ya. Kalau nggak, malah bisa bikin tambah parah,"

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya