Liputan6.com, Jakarta Spesialis Radiologi Konsultan, Dokter Terawan Agus Putranto, mengaku, sedih dan pilu saat menghadapi masalah yang sedang membelitnya sekarang ini. Sedih setelah tahu dan membaca isi surat sanksi dari MKEK PB IDI yang menurtnya, tidak sesuai kenyataan.
Menurut dokter Terawan hal tersebut tidak mengganggu sama sekali. Yang justru mengganggu adalah pertanyaan yang dilontarkan sang buah hati.
Baca Juga
"Papa ngapain sih bikin ribut? (mending) papa kerja saja," kata dokter Terawan menirukan omongan sang anak. "Ya sudah, papa salah, papa diam saja," kata dia seolah menjawab pertanyaan yang dilontarkan anakya.
Advertisement
Dikutip dari sejumlah sumber, dokter Terawan yang sekarang masih menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto memiliki satu orang anak bernama Abraham Apriliawan.
Dokter Terawan menekankan bahwa hanya hal itu yang mengganggu dirinya. Sementara dia sendiri, sebagai seorang prajurit, sudah terbiasa menghadapi tekanan. "Karena saya sudah biasa fight dan berjuang."
Terawan kemudian membeberkan alasan bungkam saat surat sanksi berupa pemecatan sementara dari keanggotan IDI sejak 26 Februari 2018 sampai dengan 25 Februari 2019 viral dan jatuh ke tangan media.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Alasan Dokter Terawan Bungkam
Orang yang sedang bersedih, kata dokter Terawan, pasti akan salah-salah terus menjawab pertanyaan dari siapa saja. Terawan meminta maaf atas tindakan yang mungkin dirasa tidak mengenakkan itu.
"Maaf kalau saya tidak menanggapi. Takut saya salah. Takut malah menyudutkan orang lain. Saya tidak mau. Walaupun dia menyakitkan saya, saya terima karena mau bagaimana lagi?," kata Terawan.
Terawan kemudian mengibaratkan kondisinya sekarang ibarat nasi sudah menjadi bubur. Semua sudah terlanjur terjadi.
"Ya, ngapain saya bela diri? Apa yang mau dibela? Saya bela diri kalau belum diputuskan. Kalau sudah diputuskan, saya mau membelanya bagaimana? Saya hanya tolah toleh saja," ujarnya.
Waktu pembacaan keputusan pun Terawan sedang berada di New Zealand. Lagi-lagi dirinya dianggap tidak hadir lagi. Semakin pusing saja kepalanya.
"Akhirnya, sudahlah, apa yang terjadi, terjadilah. Saya tidak punya kekuatan apa-apa selain serahkan kepada yang kuasa," kata dokter Terawan.
Kembali dia menekankan, masalah ketidakhadiran ini semata-mata karena dia sedang berdinas. Juga memang tembusan surat itu tidak ke pimpinan dokter Terawan langsung.
Advertisement
Dokter Terawan Tidak Hadir karena
Seperti yang tertera di halaman nomor dua surat tersebut, disebutkan bahwa MKEK PB IDI telah mengundang dokter Terawan Agus Putranto pada 16 Januari 2018. Surat undangan itu merupakan yang keenam. Lima surat yang lain mulai diberikan pada 2015.
- No. 5746|PB/MKEK/O1,/7015 (5 Januari 20L5)
- No. 5864|PB/MKEK/AL/2A35 (30 Januari 2015)
- No. 7O4L/PB/MKEKIA3/20L5 (3 Maret 2015)
- No. 7433|PB|MKEK/U4/7A15 (30 April 2015)
- No.7582|PB/MKEKIA5/2a]5 (25 Mei 2015)
Terawan mengatakan dia pasti datang kalau saja mekanisme pemberian undangannya benar. Bukan apa-apa, meskipun Terawan adalah seorang dokter, dia juga seorang prajurit TNI.
"Prajurit TNI akan datang kalau mekanisme undangannya benar. Lebih-lebih kalau itu memang mengancam reputasi dan sebagainya dalam bentuk persidangan," kata dokter Terawan.
"Dalam hal ini bapak KaSAD (Kepala Satuan Angkatan Darat) harus mengizinkan," kata dia menambahkan.
Kalau bersurat secara individu, Terawan menekankan, jelas tidak bisa. Sebab saat surat itu diterima dan ternyata Terawan tidak bisa, pengundang akan mendapatkan langsung surat balasan.
"Pernah sekali itu dilakukan. Kalau tidak salah di tahun 2015. Kita punya arsipnya. Yang menjawab adalah Dirkesad. Statusnya bahwa saya sedang tugas ke luar negeri," ujar dia.
Di saat yang bersamaan, dokter Terawan mengatakan, masih memimpin sebuah sidang dengan anggota berisikan dokter militer dari seluruh dunia. Tidak tanggung-tanggung, Terawan dipercayai menjabat Ketua Dokter Militer Dunia, membawahi 114 negara.
"Ya, saya bingung, saya punya komite etik. Namanya Dewan Etik, dalam bahasa Indonesianya. Itu ada di Austria,"
"Saya bingung, bagaimana mungkin Ketua Dokter Militer Dunia dituduh tidak memiliki etika. Sebenarnya, itu cukup menyakitkan buat saya," kata Terawan.