Liputan6.com, Kab. Sumbawa Barat Tanaman kelor (Moringa oliefera) merupakan bahan pangan lokal yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penelitian, telah ditemukan banyak hasil riset bahwa kelor memiliki kandungan gizi yang tinggi dan variatif. Hampir semua bagian kelor dapat dimanfaatkan dan memiliki kandungan gizi yang lengkap.
Sumber pangan lokal yang sangat banyak ditemui di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Dari berbagai sumber disebutkan, kelor yang punya nama latin Moringa oleifera mengandung asam amino, potasium, kalium, vitamin C, vitamin A, dan polyphenol yang berfungsi sebagai antioksidan. WHO juga menganjurkan agar anak-anak dan balita yang masih dalam masa pertumbuhan untuk mengonsumsi daun kelor karena berkhasiat untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah gizi buruk.
Advertisement
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu kabupaten yang masih memiliki permasalahan gizi bayi dan balita. Di daerah Sumbawa Barat khususnya Kecamatan Poto Tano yang merupakan wilayah kerja Pencerah Nusantara, tanaman ini juga sangat sering ditemukan. Hampir di sepanjang jalanan di wilayah ini dapat kita temui tanaman yang disebut sebagai pengentas masalah kelaparan di Somalia bahkan disebut sebagai Miracle of Tree.
Bukan hal yang baru bagi penduduk Sumbawa Barat untuk mengonsumsi daun kelor, mereka sudah sangat terbiasa mengolahnya menjadi sayur bening. Kabupaten Sumbawa Barat juga terkenal dengan daerah yang melimpah tanaman kelornya. Kelor dapat ditemui di sepanjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, bahkan tumbuh dengan liar tanpa pemeliharaan. Namun, dengan jumlah tanaman kelor yang melimpah, pengolahan tanaman kelor hanya berhenti pada olahan sayur bening dan berfungsi sebagai tanaman pagar.
Melihat potensi kelor yang tinggi sebagai bahan makanan bergizi, tim Pencerah Nusantara Sumbawa Barat bersama dengan Puskesmas Poto Tano menciptakan inovasi pengolahan makanan berbahan dasar pangan lokal untuk memenuhi intervensi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bayi dan balita di Posyandu.
Namun, siapa sangka program kelor ini menarik perhatian pemerintah daerah Sumbawa Barat. Melalui Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah (RAPGD) yang digarap oleh BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat program Kelorisasi diangkat menjadi program Daerah. Bukan hanya dari kesehatan, Pemda juga menggandeng beberapa dinas terkait diantaranya Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian dan Koperasi, Dinas Pertanian, dan Tim Penggerak PKK Kabupaten.
Program Kelorisasi kini menjelma menjadi program lintas sektor kabupaten, bahkan kini telah diatur pelaksanaannya dalam Peraturan Bupati No.80 tahun 2017 tentang program pelestarian kelor dengan tema GEMARI KELOR (Gerakan Masyarakat Menanam dan Melestarikan Kelor). Perda ini mengimbau masyarakat untuk menanam minimal 2 pohon kelor di setiap pekarangan rumah. Kini, Daerah Sumbawa Barat semakin hijau dengan tanaman-tanaman pekarangan diantaranya kelor bahkan daerah ini disebut-sebut sebagai daerah sejuta kelor.
Inovasi-inovasi olahan kelor terus dikembangkan oleh TP PKK Kabupaten Sumbawa Barat, berbagai olahan dapat dinikmati masyarakat diantaranya: nugget kelor, pudding kelor, brownies kelor, dan banyak varian lain. Selain menghasilkan jenis makanan ini, kelor juga telah diolah sebagai tepung. Berdasarkan penelitian yang telah banyak dilakukan menyebutkan bahwa serbuk kelor memiliki kandungan nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelor basah. Kini produk-produk makanan ini telah menjadi salah satu Usaha Masyarakat Kecil Menengah (UMKM) yang dapat meningkatkan daya ungkit ekonomi masyarakat.
Penulis: Ririh Citra Kumalasari, SKM (Tim Pencerah Nusantara Angkatan 5 Kabupaten Sumbawa Barat)