Sindrom Baby Blues, Ketika Ibu Dilanda Stres Usai Melahirkan

Ketika mengalami sendiri rasanya melahirkan dan punya anak, saya menjadi orang yang paling paham mengapa ada baby blues.

oleh Babyologist diperbarui 14 Agu 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2018, 14:00 WIB
Baby blues - depresi pascamelahirkan (iStock)
Ilustrasi baby blues - depresi pascamelahirkan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Sudah dikaruniai buah hati tapi malah enggan untuk menyentuhnya dan merasakan suasana hati tak menentu. Apakah itu artinya ibu kurang bersyukur? Ternyata ada sindrom yang menyebabkan ibu terkena stres usai melahirkan yang disebut dengan baby blues, seperti yang dialami Mommy Budi Kurnia dari Babyologist. Simak selengkapnya...

Dulu ketika saya masih single dan melihat teman-teman, saudara atau artis-artis di TV yang baru saja dikaruniai anak, saya pun turut merasa senang. Saya berpikir, bagaimana rasanya kalau sudah punya anak sendiri ya? Pasti akan jauh lebih senang.

Lalu mengapa ada sindrom baby blues? Dalam hati saya berpikir, “Mereka tidak bersyukur padahal sudah Tuhan berikan anak. Aneh, mengapa sedih dan stres? Kalau besok saya yang mengalami, saya tidak akan seperti itu, justru akan bahagia setiap hari bersama anak saya.”

Namun ternyata ketika mengalami sendiri rasanya melahirkan dan punya anak, saya menjadi orang yang paling paham mengapa ada baby blues. Dulu saya sering membaca berita jika ada ibu yang dengan sengaja menjauhi bayinya atau bahkan meninggalkannya, ada juga ibu yang menjadi gila, hingga ibu yang bunuh diri pasca melahirkan. Dan menurut saya, itu semua masuk akal. Mengapa masuk akal? Karena ibu-ibu itu mengalami baby blues yang tidak tertangani dengan baik, yang harus mereka hadapi sendirian.

 

 

Apa Itu Baby Blues?

Melahirkan adalah sebuah peristiwa yang besar. Banyak hal-hal baru yang dialami, dan kita sebagai ibu harus beradaptasi dengan cepat. Mempunyai anak bisa dikatakan menjadikan hidup Moms seperti roller coaster. Pasca melahirkan adalah kondisi yang paling rapuh dan rawan stres bagi perempuan. Apalagi untuk para ibu yang benar-benar mengurus sendiri bayinya. Apakah saya mengalami baby blues? Tentu saja, bahkan sampai usia Kiyomi cukup besar dan bisa tersenyum lebar.

Proses melahirkan secara normal tentu meninggalkan luka jahitan yang dapat membatasi aktivitas. Namun kita diharuskan selalu siap sedia setiap saat ketika si Kecil butuh sesuatu. Saya mengurus Kiyomi sendirian, sejak ia berusia 2 minggu. Inilah yang membuat saya sangat sedih, karena saya juga ingin seperti ibu-ibu baru lainnya yang ditemani oleh keluarga dan saudara ketika mengurus bayi sampai usianya cukup besar. Tapi bagaimanapun juga, semua tetap harus dijalani.

Hampir setiap malam ketika suami bekerja dan harus pulang tengah malam, saya cuma berdua di kamar dan hanya bisa menangis ketika melihat Kiyomi tidur. Takut apakah saya bisa mengurus bayi mungil ini sendirian, atau apakah saya sudah benar dalam merawatnya.

Kondisi fisik yang berubah drastis pasca melahirkan, mulai dari kenaikan berat badan, stretch mark dimana-mana, perut yang masih sama besarnya seperti saat hamil, kulit kusam, kantong mata bengkak karna begadang. Hal-hal ini membuat kepercayaan diri saya sangat menurun. Apalagi seorang perempuan punya naluri untuk selalu merawat dan menjaga bentuk tubuhnya. Sehingga menurut saya, candaan seputar bentuk tubuh ibu hamil pasca melahirkan bukanlah sesuatu yang lucu. Karena setiap ibu hamil mempertaruhkan nyawa untuk dapat melahirkan bayi ke dunia.

Menyusui juga menjadi hal yang cukup menakutkan bagi Moms di awal kelahiran bayinya. Mengapa menakutkan? Lidah bayi baru lahir yang kecil itu bisa menjadi sekasar ampelas ketika ia menyusu. Alhasil, itu membuat payudara lecet, luka berdarah, bahkan ada teman saya yang sampai putingnya membelah dan lukanya menganga lebar.

Dalam semalam, kita juga harus bangun berkali-kali ketika bayi menangis. Entah karena minta susu, mengganti popok, atau menggendongnya semalam suntuk karena si Kecil akan bangun ketika ditidurkan di kasur.

Jadi, jika Anda memiliki istri, saudara perempuan, teman atau sahabat, bantulah mereka untuk survive dan tetap happy dalam keadaan itu. Jangan biarkan mereka merasa seperti menghadapi segalanya sendirian. Bantulah para Moms untuk meluapkan apa yang sedang mereka rasakan, sekadar meringankan kepenatan dengan bercerita agar mereka lega, tidak merasa sendirian dan kalut dalam kondisi tersebut. Ini merupakan hal baru yang sungguh mengagetkan dalam hidup para ibu.

Tulisan ini bukanlah sebuah keluhan karena mempunyai anak. Ilmu yang sangat berharga ini tidak diajarkan di sekolah atau di buku mana pun, tapi justru saya dapatkan dari guru yang sangat mungil, yaitu Kiyomi.

Semoga bermanfaat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya