Berbasis Relawan, Rusnandar Arif Perjuangkan Pendidikan Gratis di Timur Indonesia

Bukan tanpa peluh Arif bersama enam temannya mendirikan We Save. Mulai dari dicaci hingga pengusiran pernah dihadapinya.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2018, 20:00 WIB
Pendidikan Gratis We SAVE (KPN 2018)
Jiwa pantang menyerah dan terus bangkit, selalu diterapkan Arif dan We Save. (Foto: Liputan6.com/Muhammad Radityo Priasmoro)

Liputan6.com, Jakarta "Bagaimana bisa sampaikan kebaikan, bagaimana tanpa uang bisa mendapatkan hak belajar, bisa cerdas dan bisa sukses, itu harapan saya," ujar Rusnandar Arif Putra, salah satu peserta Kapal Pemuda Nusantara (KPN) 2018 asal Nusa Tenggara Barat.

Penuh keyakinan, pemuda 23 tahun ini menggantungkan harapannya pada sebuah organisasi yang dirintisnya sejak 2015 di Kota Mataram. Organisasi tersebut bernama We SAVE. Melalui organisasi itu, Arief mengupayakan pendidikan gratis bagi generasi muda Indonesia.

"We berarti kami, SAVE itu singkatan, social and voluntary educated, jadi bergerak di bidang sosial dan pendidikan," ucapnya, menjelaskan.

Bukan tanpa peluh Arif bersama enam temannya mendirikan We SAVE. Mulai dari dicaci hingga pengusiran pernah dihadapinya.

"Kami adakan program mengajar bahasa Inggris gratis, coba merangkul pemuda/i di wilayah Mataram desa, kabupaten gitu. Dikira kami ini kafir, mengajarkan bahasa asing yang mereka kira kami antek penjajah dari masa lalu," kenang Arif soal kejadian di tahun 2016 tersebut saat berbincang dengan Liputan6.com, Minggu (4/11/2018).

Belum lagi soal pembubaran di rumah sewa yang menjadi pusat kegiaatan We SAVE. Tak sedikit tetangga yang merasa terusik dan menganggap We SAVE sebagai perkumpulan begajulan.

"Mungkin dikiranya kami berkumpul aneh gitu, karena malem masih kumpul karena jam belajar kita, juga pagi yang sudah kumpul lagi. Kami disuruh pulang daripada kumpul gitu. Padahal kami mau kegiatan Day Care," cerita Arif.

Jiwa pantang menyerah dan terus bangkit, selalu diterapkan Arif dan We SAVE. Menerapkan perjuangan ala Rasulullah, Arif bergerak dari masjid ke masjid. Tak jarang, lokasi belajar We SAVE hanya beralaskan tanah dan beratapkan langit. Hal itu tak lain karena tak ada modal cukup untuk sewa tempat.

"Kalau ingat perjuangan itu rasanya, seperti kami diperas, diuji, tapi kami tetap semangat, kami memiliki jiwa kuat untuk terus maju," tutur Arif.

Arif berharap We SAVE dapat mencetak lebih banyak lagi anggota dan prestasi khususnya di NTB. Berkordinasi dengan We Save Pusat di Dompu. Di masa mendatang, We SAVE berharap bisa memperluas jaringan kerjasama dengan organisasi sosial lain, baik domestik maupun internasional.

"Saat ini We SAVE di Mataram sudah ada 70 anggota tetap, terus bertambah, juga sudah memberangkatkan pertukaran pelajar kami ke Australia lewat ajang Millenium Kids of Australia tiap tahunnya, juga Malaysia, semoga kami bisa lebih berkembang lagi," terang Arif.

Sebagai fokus, We SAVE memilki beberapa poin utama dalam misinya. Pertama, menggerakkan produktivitas pemuda dengan belajar bahasa inggris. Kedua, membekali diri dengan pengetahuan agama seperti mengaji. Dan ketiga, memupuk solidaritas kerelawanan.

"Walau kami mengaji belajar agama menjadi fokus, tapi We SAVE itu (selaras dengan) Pancasila, tak menutup golongan apa pun untuk bergabung. Saat jam belajar agama, yang non Muslim terpisah dulu, tapi saat belajar bahasa Inggris, atau kegiatan sosial kami bersama," pungkas Arif. 

 

Penulis: Muhammad Radityo Priyasmoro

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya