Liputan6.com, Jakarta Remaja Italia yang kecanduan ponsel tampaknya harus mulai menyingkirkan kebiasaan mereka menggunakan benda itu. Kalau tidak, mereka akan dikirim ke tempat rehabilitasi.
Melansir New York Post pada Sabtu (27/7/2019), pemerintah Italia diketahui sedang menggodok regulasi yang bertujuan untuk melawan 'nomofobia' tersebut. Kondisi ini berarti rasa takut kehilangan ponsel dan tidak punya akses internet.
Baca Juga
Rancangan Undang-Undang (RUU) itu menyatakan bahwa delapan dari sepuluh remaja di sana mengalami masalah kesehatan terkait teknologi. Politikus yang berperan dalam usulan itu juga mengatakan bahwa kondisinya semakin buruk dan harus diperlakukan seperti kecanduan.
Advertisement
"Kami setuju dengan penelitian yang menunjukkan bahwa mengharapkan 'likes' untuk sebuah unggahan di media sosial memicu senyawa kimia dopamin di otak. Itu sama dengan judi," kata Vittoria Casa, anggota parlemen dari Partai Gerakan Bintang Lima.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Kecanduan Ponsel di Remaja Italia
Selain itu, sekolah-sekolah juga harus memberikan pendidikan khusus untuk mempelajari bahaya kecanduan ponsel dan kampanye pada orangtua. Bagi mereka yang sudah kecanduan nantinya akan dikirim ke pusat-pusat kesehatan.
Polisi juga nantinya diminta untuk memantau kejahatan yang terjadi secara daring. Mereka juga akan memantau penggunaan ponsel berlebihan.
Sebuah studi sendiri menemukan bahwa 15 remaja di Italia menghabiskan lebih dari 10 jam sehari di ponsel mereka. Sementara, setengah dari penduduk usia 15 hingga 20, memeriksa ponselnya sekitar 75 kali sehari dan 62 persen remaja, berkirim pesan hingga larut malam.
Giuseppe Lavenia, kepala dari kelompok yang mengawasi ketergantungan internet dan perjudian mengatakan, kebiasaan menggunakan ponsel juga membuat perhatian anak-anak menurun drastis.
"Ini memisahkan emosi nyata dari tampilan emosi, yang berarti remaja tidak bisa membentuk hubungan empatik yang sesungguhnya," kata Lavenia.
"Kita sekarang bisa membandingkannya dengan ikan yang berkonsentrasi selama sembilan detik."
Advertisement