5 Tips Menerapkan Disiplin Positif pada Anak (1)

Ada banyak tantangan saat orangtua menerapkan disiplin positif kepada anak. Berikut saran psikolog agar Anda bisa lebih mudah melakukannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Okt 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2019, 08:00 WIB
Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Melatih agar anak disiplin memang tidak mudah dilakukan. Namun, pastikan saat melatih anak agar disiplin terapkan disiplin yang positif seperti disampaikan psikolog anak Rayi Tanjung Sari. 

Disiplin yang positif adalah bentuk pemberian konsekuensi yang mendidik tanpa melibatkan teriakan, kekerasan fisik dan hukuman. Dengan demikian, sang anak dapat memahami maksud orangtua dengan baik seperti disampaikan Rayi dalam acara ulang tahun Orami Community di Jakarta ditulis Selasa (29/10/2019).

Bagi Anda orangtua yang ingin menerapkan disiplin positif pada anak, berikut tipsnya seperti disampaikan Rayi:

1. Fokus pada penyebab suatu perilaku

Bila si Kecil menangis, marah atau bertingkah kurang baik, Rayi menyarankan agar orangtua tidak langsung menghentikan tindakan itu. Namun, lebih berfokus untuk mencari penyebab anak melakukan hal itu.

Jadi saat anak menangis, jangan lantas menyuruh si Kecil berhenti menangis. Carilah penyebab tangisan itu. “Apakah ada hal-hal yang membuat dia enggak nyaman atau membuat dia marah? Nah, dari situ, kita bisa fokus pada solusi masalah,” ungkap wanita yang sehari-hari praktik di Pion Clinician Jakarta itu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan juga video menarik berikut:


2. Fokus pada Solusi

Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Setelah mengetahui alasan dia melanggar aturan atau penyebab yang membuatnya bersikap tidak baik, orangtua sebaiknya memberikan pilihan solusi. Misalnya anak marah atau bertingkah karena orangtua terlalu fokus bekerja sehingga dia merasa diabaikan, maka berikan pilihan waktu kapan dia ingin ditemani main.

Jika ia memilih untuk bermain setelah makan siang, temani sejenak dan berikan pengertian juga alasan Anda harus bekerja. Dengan demikian si Kecil bisa paham bahwa orangtuanya tidak selalu bisa diajak bermain.

3. Beri Kesempatan untuk Belajar dari Konsekuensi Natural

“Konsekuensi yang natural itu konsekuensi yang sejalan dengan kesalahan yang dibuat,” kata Rayi. 

Misalnya si Kecil menumpahkan makanan. Jangan berikan konsekuensi seperti tidak boleh bermain, karena hal itu tidak ada kaitannya dengan kesalahan yang ia buat. Berikan konsekuensi seperti menyuruhnya membersihkan makanan yang tumpah. Jadi, anak juga paham bahwa apa yang ia lakukan itu tidak tepat.

 

Penulis : Selma Vandika   

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya