Sambiloto, Obat Herbal Cegah Diabetes

Daun sambiloto yang diekstraksi bisa menjadi pilihan obat anti diabetes

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 13 Nov 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2019, 07:00 WIB
Diabetes (Foto: iStockphoto)
Tidak semua diabetesi memiliki badan gemuk. Di beberapa negara seperti India, orang dengan diabetes ternyata banyak yang kurus. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Sambiloto termasuk salah satu obat herbal mencegah diabetes. Daun sambiloto yang diekstraksi menjadi pilihan obat anti diabetes yang banyak dikonsumsi masyarakat.

Dokter spesialis penyakit dalam Aris Wibudi membenarkan, sambiloto terbukti efektif sebagai obat herbal anti diabetes.

"Keefektifan sambiloto mencegah diabetes itu merupakan penelitian saya. Ada zat aktif yang terkandung pada daun sambiloto, namanya Androgafulida," ujar Aris dalam acara pentingnya penanganan diabetes di Gedung IMERI FK-UI, Jakarta, Senin (11/11/2019).

"Androgafulida ini berperan sebagai agen antidiabetes. Uji aktivitas sambiloto mampu meningkatkan sekresi insulin (hormon insulin meningkat yang berperan mengendalikan kadar gula darah)."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Masalah Utama pada Ekstraksi

Sambiloto Bisa Turunkan Gula Darah?
Daun sambiloto

Walaupun sambiloto terbukti cegah diabetes, ada kendala dalam ekstraksinya. Bahwa kadar gen anti diabetes pada daun sambiloto berbeda-beda.

"Ada masalah utama saat saya mengekstraksi daun sambiloto. Terkadang daun sambiloto bagus, kadang kualitasnya tidak bagus," lanjut dokter yang juga sebagai Ketua Umum Perhimpunan Edukasi Diabetes Indonesia (PEDI).

"Kadar gen anti diabetes antara satu daun satu dengan lainnya beda-beda. Kalau tidak sesuai standar (kualitas daun sambiloto tidak bagus), tidak akan efektif nanti."

Penelitian Aris terkait sambiloto berjudul Interaksi Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.F.) Ness) dengan Glibenklamid terhadap Ekspresi Gen CYP3A4 pada Kultur Sel HepG2.

Jurnal tersebut dipublikasikan di Jurnal Sains Farmasi & Klinis pada November 2017.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya