Liputan6.com, Jakarta Awal November tahun lalu, Audrey Marsh bersama sang suami hilang di tengah badai salju ketika berada di pegunungan Pyrenees, Spanyol. Hipotermia parah membuat wanita ini mengalami henti jantung selama enam jam.
Saat itu, tim penyelamatkan menyelamatkan mereka setelah sang suami mengirimkan foto lokasi keberadaan keduanya ke teman-temannya. Saat itu, suhu tubuhnya jatuh ke 60 derajat Fahrenheit dari normalnya, 98,6 derajat Fahrenheit.
Baca Juga
Marsh dilarikan lewat jalur udara ke sebuah rumah sakit di Barcelona. Di sana, ia segera dirawat dengan bantuan mesin untuk menghangatkannya. Namun, Marsh mengalami henti jantung hingga enam jam lamanya.
Advertisement
Para dokter berusaha untuk menyelamatkan nyawanya. Hingga, jantung wanita 34 tahun itu berdetak lagi secara alami.
"Saya benar-benar tidak ingat akhir pekan itu. Hingga saya sadar betapa seriusnya itu. Ada perasaan lega dan horor. Suami saya melihat napas terakhir saya. Saya mati dan kembali lagi dari kematian," kata Marsh seperti dikutip dari Fox News pada Rabu (15/1/2020).
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Tak Kapok Jalan-Jalan di Gunung Lagi
Para dokter di Barcelona mengatakan bahwa kasus ini mungkin merupakan salah satu henti jantung terlama yang pernah ada.
"Hampir tidak ada kasus orang yang dihidupkan kembali setelah jantung mereka berhenti begitu lama," kata dokter Eduard Argudo dari rumah sakit Vall d'Hebron.
Argudo mengatakan, penurunan suhu tubuh Marsh yang tajam mungkin menyelamatkannya ketika udara dingin menjaga organ-organnya.
Marsh menghabiskan sekitar 11 hari untuk benar-benar pulih. Meski tidak mengalami kerusakan otak jangka panjang, tangganya menjadi sulit digerakkan. "Ini adalah hal kecil yang akan menjadi lebih baik," kata guru bahasa Inggris di Spanyol ini.
Terlepas dari itu, Marsh tampaknya tidak kapok untuk berjalan-jalan di gunung lagi. Namun, kali ini dia mengatakan akan lebih siap lagi untuk saat-saat yang buruk.
Advertisement