Liputan6.com, Jakarta Tidak lama setelah anak keduanya lahir, Kristen Bowlds mengalami serangan jantung. Setelah dicek, dokter mendiagnosa Kristen dengan diseksi arteri koroner spontan (Spontaneous Coronery Artery Dissection/SCAD).
"Aku belum pernah mendengar apa itu SCAD. Pada saat itu aku berumur 29 tahun dan sehat, tidak memiliki riwayat penyakit jantung pada keluargaku," kata Kristen Bowlds pada Today (7/2/2020).
Baca Juga
Dua tahun kemudian, SCAD menyerang lagi dan dia mengalami serangan jantung kedua.
Advertisement
SCAD biasa terjadi ketika lapisan arteri koroner terpisah dan darah terperangkap di antara keduanya.
Lapisan dinding kemudian mengelupas dan menonjol yang dapat menyebabkan penyumbatan dan ini menyebabkan serangan jantung.
Dilansir dari Today pada Senin (10/1/2020), meskipun beberapa bentuk penyakit jantung lebih banyak mempengaruhi orang lanjut usia, tetapi juga sering terjadi pada anak muda dan orang sehat yang mungkin tidak mencurigai adanya penyakit ini.
Wanita sehat berusia antara 30 hingga 50 tahun , wanita yang baru melahirkan, orang dengan penyakit jaringan ikat seperti sindrom Marfan dan Ehlers-Danlos, lebih berisiko terhadap SCAD.
Sementara, wanita lebih cenderung memiliki SCAD dibandingkan pria.
"Sekitar 10 hingga 20 persen kasus SCAD terjadi pada wanita dalam periode peripartum (jadi selama atau setelah kehamilan)," kata profesor kedokteran di Columbia University Medical Center, Dr. Jennifer Haythe.
Haythe menambahkan pula bahwa diperkirakan ada hubungannya dengan aliran darah yang meningkat selama persalinan, dimana wanita meningkatkan tekanannya.
Simak video menarik berikut ini:
Pengobatannya
SCAD yang menyebabkan robekan dari arteri, beberapa intervensi yang biasa untuk mengatasi masalah arteri, seperti kateter dan stent, lebih sulit untuk digunakan karena mereka dapat membuat robekan menjadi lebih parah.
Dokter terkadang menggunakannya dalam kombinasi dengan terapi lain.
"Kebanyakan wanita diobati dengan kombinasi aspirin, beta blocker, dan anti-koagulan, seperti Plavix dan kadang-kadang statin. Itu tergantung pada kolesterol mereka," ucap Haythe.
Belum ada obat untuk SCAD, tetapi pemantauan, perubahan gaya hidup dan rehabilitasi tertentu dapat membantu mengatasi SCAD.
Para ahli juga merekomendasikan untuk membiasakan diet rendah lemak, olahraga kardiovaskuler dan tidak merokok. Rencana latihan untuk mengurangi stres pada jantung juga dapat membantu penderita SCAD.
"Mungkin bermanfaat bagi mereka untuk berada dalam rehabilitasi khusus untuk orang-orang yang memiliki SCAD, karena ada kemungkinan lebih sedikit untuk diberitahu tentang meningkatkan detak jantung mereka," kata profesor kedokteran di Columbia itu.
Apabila seseorang pernah sekali mengalami SCAD, itu lebih mungkin akan terjadi lagi. Jadi, pemantauan terus menerus melalui CT Scan secara berkala untuk mencari arteri yang melemah.
Menurut Haythe, salah satu cara paling efektif untuk memantau SCAD yaitu agar wanita memperhatikan kesehatan jantung mereka sendiri.
"Perlahan-lahan mereka akan mulai mengubah cara mereka memahami serangan jantung," Haythe menambahkan.
Advertisement
Memperhatikan gejala-gejalanya
Sebagian besar orang yang menderita SCAD hanya menyadarinya setelah mengalami serangan jantung. Itu sebabnya, mengetahui gejala serangan jantung dan mencari pertolongan menjadi penting.Â
"Itu bahkan lebih merupakan alasan untuk mengetahui tanda-tanda serangan jantung atau agar merela tidak mengabaikannya," ujar Haythe.
Katanya juga terutama pada kelompok-kelompok usia tertentu dimana mereka yang masih muda dan mereka mungkin cenderung mencari perawatan medis ketika benar-benar mengalami sakit di dada.
Nyeri di dada merupakan gejala SCAD nomor satu pada wanita maupun pria. Pada wanita, akan cenderung mengalam mual, sesak napas, pusing, dan ketidaknyamanan lambung.
"Semua hal itu adalah gejala yang harus diperhatikan oleh para wanita dengan serius," tutur Haythe.
Semakin cepat melakukan terapi medis, semakin cepat juga untuk lebih baik.
Penulis : Vina Muthi A.