BKKBN: Tanggung Jawab KB Bukan Hanya Pada Wanita

Tingkat kepesertaan pria dalam program KB vasektomi di Indonesia dinilai masih rendah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Mei 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2020, 13:00 WIB
Alat kontrasepsi (iStock)
Berbagai metode kontrasepsi atau KB (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa saat ini tanggung jawab program keluarga berencana (KB) bukan hanya di pundak wanita saja. Suami juga bisa berperan untuk melakukannya yaitu dengan vasektomi.

Walaupun begitu, di Indonesia tingkat kepesertaan pria untuk melakukan KB baik menggunakan alat kontrasepsi kondom maupun vasektomi masih terbilang rendah.

Dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017, angka kepesertaan pria yang menggunakan kondom sebesar 2,3 persen dan vasektomi sebesar 0,2 persen.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa alasan pertama mengapa partisipasi KB pria masih rendah adalah terkait pola pikir, yang menilai bahwa dalam satu keluarga, tanggung jawab KB berada di pihak perempuan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Alasan Rendahnya Partisipasi Pria dalam Vasektomi

BKKBN
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menerangkan, penyuluh KB ikut mempromosikan pencegahan Corona COVID-19 saat live di Kantor BKKBN, Jakarta, Jumat (27/3/2020). (Dok Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN)

Selain itu, alasan lain seorang suami ragu dalam melakukan vasektomi adalah terkait kekhawatiran akan berkurangnya vitalitas.

"80 persen diskusi publik yang kami lakukan tentang vasektomi, pertanyaannya adalah tentang vitalitasnya," kata Hasto dikutip dari siaran persnya, ditulis Rabu (6/5/2020).

Alasan lain mengapa suami enggan melakukan vasektomi adalah terkait dengan kekhawatiran akan adanya ketidakharmonisan dalam keluarga.

"Kecurigaan bila vasektomi, suami akan selingkuh lebih tinggi, maka tidak sedikit perempuan yang memilih lebih baik dia sendiri saja yang KB," imbuh Hasto.

Menurutnya, keikutsertaan pria pada program KB dan kesehatan reproduksi adalah penting. Bukan semata untuk mengendalikan populasi dan penurunan fertilitas, tetapi juga pemenuhan hak-hak reproduksi.

Selain itu, pria adalah "partner" dari wanita dalam reproduksi dan seksual, sehingga keduanya harus berbagi tanggung jawab.


Pelatihan Bagi Penyedia Layanan Vasektomi

Kepala BKKBN dalam peluncuran situs Siap Nikah secara daring pada Senin (4/5/2020) (Dok: Humas BKKBN)
Kepala BKKBN dalam peluncuran situs Siap Nikah secara daring pada Senin (4/5/2020) (Dok: Humas BKKBN)

Hasto menambahkan, para penyedia layanan vasektomi seperti dokter umum juga diharapkan bisa melakukannya dengan penuh kehati-hatian dan sesuai standar operasional karena masih ada dampak dari prosedur tersebut seperti bengkak, hematom, atau pun kegagalan, sehingga menimbulkan isu negatif di masyarakat.

Hal ini agar efek samping tersebut bisa ditekan dan tidak menimbulkan reaksi buruk soal komplikasi pasca vasektomi. Untuk itu diperlukan pelatihan bagi penyedia layanan vasektomi dan pertemuan-pertemuan lainnya.

Sementara itu, BKKBN sendiri menyatakan telah berupaya agar kepesertaan pria untuk melakukan vasektomi dapaat meningkat dengan mengatasi faktor penyebab lain yaitu menyediakan satu tim vasektomi di setiap kabupaten/kota.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya