Liputan6.com, Jakarta Sinovac menjadi salah satu dari tiga peusahaan pengembang vaksin COVID-19 yang paling terdepan di China. Penelitian mereka telah mencapai uji klinis tahap tiga, Indonesia menjadi salah satu negara tempat diselenggarakannya studi.
Yin Weidong, CEO Sinovac, mengatakan bahwa mereka siap untuk menyediakan akses yang lebar kepada banyak negara di dunia dengan tingkat infeksi tinggi apabila vaksin COVID-19 telah tersedia kepada beberapa negara.
Baca Juga
Dalam wawancaranya dengan CGTN, dikutip Jumat (28/8/2020), Yin mengatakan bahwa mereka telah mampu melakukan uji coba tidak hanya terhadap strain virus corona penyebab COVID-19 yang berasal dari China saja.
Advertisement
Yin mengatakan, Sinovac telah memperoleh strain virus dari negara lain, yang didapat dari orang yang kembali ke Tiongkok dari luar negeri.
"Sejak April, kita telah terinfeksi kasus dari luar negeri. Mereka menunjukkan gejala di China tetapi tidak terinfeksi di China," katanya
Ia menyebutkan, Sinovac telah memperoleh lebih dari 20 strain virus SARS-CoV-2 yang berbeda dari yang ditemukan di Tiongkok termasuk dari Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara Timur Tengah.
"Kami kemudian menggunakan serum imun dari vaksin kami untuk menetralkan strain virus ini," ujarnya.
Ia mengklaim hasilnya positif.
"Kami menemukan mereka semua dinetralkan, terlepas dari mana asalnya. Jadi kami sangat optimistis melihat tidak ada perubahan dari jenis serum virus COVID-19," katanya.
Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini
Siap Produksi Massal
Sinovac bahkan menyatakan siap untuk melakukan produksi massal. Mereka juga tengah membangun fasilitas produksi baru seluas 20 ribu meter persegi dalam tiga bulan dan akan memulai pengujian pada 30 Januari tahun depan.
Mereka juga mengatakan bahwa fasilitas yang ada telah dirancang untuk memproduksi 300 juta dosis per tahun. Yin mengatakan, kapasitas tersebut mampu memenuhi permintaan domestik serta beberapa negara lain.
"Jadi kami telah berjanji kepada beberapa negara bahwa mereka dapat menikmati prioritas yang sama dengan China. Artinya kapasitas 300 juta akan disediakan ke negara-negara dengan angka infeksi tinggi, termasuk Indonesia," kata Yin.
Selain menyatakan bahwa tak ada efek merugikan yang serius pada peserta, Yin mengatakan bahwa 97 sampai 98 persen relawan mendapatkan antibodi berdasarkan hasil uji klinis satu dan dua.
Ia memperkirakan, efek kekebalan dari vaksin akan bisa bertahan selama dua tahun meski hal ini masih butuh studi lanjutan. "Kami memprediksikan vaksin kami akan memiliki efek perlindungan untuk dunia."
Advertisement