Dokter Paru Ungkap Terjadinya Happy Hypoxia atau Hipoksia pada Pasien COVID-19

Happy hypoxia merupakan gejala yang seringkali tak disadari oleh pasien Corona COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Sep 2020, 12:27 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2020, 12:27 WIB
Kerja Keras Pekerja Medis Rawat Pasien Virus Corona
Pekerja medis memberikan perawatan kepada pasien virus corona atau COVID-19 di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Minggu (16/2/2020). Hingga saat ini terkonfirmasi 70.548 orang terinfeksi virus corona di China Daratan. (Chinatopix via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Kejadian happy hypoxia pada pasien COVID-19 perlu diwaspadai. Kondisi tersebut diam-diam mengakibatkan kondisi pasien memburuk, yang semula pasien sebenarnya baik-baik saja. Ini karena terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah yang drastis.

Dokter spesialis paru Erlina Burhan menjelaskan gambaran happy hypoxia yang terjadi pada pasien yang tampak baik-baik saja. Padahal, sebenarnya dia kekurangan oksigen.

"Seseorang yang kekurangan oksigen disebut hipoksia. Jadi, kalau diperiksa darahnya, kadar oksigennya rendah. Tetapi masih tidak sesak napas, tidak terlihat tersengal-sengal juga. Ini namanya happy hypoxia," ujar Erlina saat sesi seminar virtual, ditulis Senin (7/9/2020).

"Kenapa pasien tidak sesak napas padahal dia sebenarnya kekurangan oksigen? Ya, karena infeksi virus Corona yang cukup luas (menyerang tubuh) akan menghambat sinyal ke otak untuk memberitahu bahwa darah kita kekurangan oksigen," Erlina melanjutkan.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Tidak Ada Sinyal ke Otak

Ilustrasi kesehatan otak
Tidak ada sinyal ke otak. Ilustrasi kesehatan otak (Photo by VSRao on Pixabay)

Erlina menekankan, adanya pengaruh infeksi virus Corona membuat sinyal informasi menuju ke otak terhambat. Dalam hal ini, ketika tubuh kekurangan oksigen, sinyal kekurangan oksigen tidak sampai dikirim ke otak.

"Kalau kita kekurangan oksigen saat sedang olahraga atau kegiatan yang berat, maka otak akan memerintahkan tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak mungkin dengan bernapas cepat," kata Erlina menjelaskan.

"Akan tetapi, pada seseorang yang terkena infeksi virus Corona, sinyal pengiriman oksigen ke otak bisa terkendala dengan adanya virus. Maka, informasi itu pun tidak ada, tidak ada sinyal ke otak. Sehingga pasien tidak kelihatan sesak," ujarnya.

Pasien dalam kondisi happy hypoxia, lanjut Erlina yang berpraktik di RSUP Persahabatan Jakarta, bisa saja happy-happy dengan melakukan aktivitas, seperti menonton TV dan tertawa juga tersenyum-senyum. Namun, sebenarnya ia kekurangan oksigen.

Ketika dicek, kadar oksigen bisa saja di bawah normal (di bawah 70 atau 50 persen). Kadar oksigen normal di atas 90 persen. Pada kondisi normal dengan kadar oksigen normal, sel darah merah akan mengikat oksigen, lalu mengedarkan ke seluruh tubuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya