Liputan6.com, Bangkok - Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha, pada Selasa, 19 Januari 2021, memeringatkan bahwa pemerintah Thailand akan menghukum siapa saja yang membagikan informasi palsu (hoax) tentang vaksin Corona di media sosial atau media massa.
Prayuth menyebut bahwa pemerintah Thailand memiliki kekuasaan untuk menjatuhkan hukuman dalam keadaan darurat yang berkaitan dengan ancaman kesehatan.
Baca Juga
Peringatan tersebut merupakan reaksi nyata atas tuduhan yang dilayangkan kepadanya, yang menyebut bahwa pemerintahannya lamban dalam menyikapi COVID-19, termasuk dalam hal memeroleh pasokan vaksin Corona yang memadai.
Advertisement
Tuduhan tersebut diketahui datang dari lawan politiknya, Thanathorn Juangroongruangkit, mantan pemimpin Partai Future Forward. Dia, dalam siaran langsung di internet, menyebut bahwa pemerintah bertindak terlalu lambat untuk memulai program vaksinasi COVID-19 di Thailand.
Thanathorn memang populer di Thailand sebagai pengkritik pemerintah. Partai yang dipimpinnya diketahui berada dalam posisi ketiga dalam pemilihan umum 2019, tetapi dia dipaksa keluar dari Parlemen karena pengadilan memutuskan Thanathorn melanggar undang-undang pemilu. Partainya kemudian dibubarkan karena alasan teknis serupa.
Selain itu, Pemerintah Thailand juga membantah tuduhan Thanathorn yang mengatakan ada oknum perusahaan yang mengambil untung dari program vaksinasi COVID-19 di Thailand.
“Jangan salahkan saya karena mengancam tindakan hukum. Saya perlu menjaga kepercayaan orang dan kepercayaan pada pemerintah," ujar Prayuth dikutip dari situs Channel News Asia pada Rabu, 20 Januari 2021.
Simak Video Berikut Ini
Terkait Vaksin Corona di Thailand
Sementara itu, Direktur Jenderal Departemen Ilmu Kedokteran Thailand, Supakit Sirilak, mengatakan, Kementerian Kesehatan telah berupaya untuk mendapatkan pasokan vaksin Corona sejak Februari 2020, tapi perlu waktu untuk mengevaluasi mana yang sesuai.
Supakit menyebut bahwa pemerintah menargetkan memiliki cukup vaksin Corona untuk mencakup setidaknya 50 persen warga Thailand pada akhir tahun ini, dan berusaha mengamankan lebih banyak pasokan untuk mencakup semua orang.
Untuk gelombang pertama, 200.000 dosis vaksin Sinovac dari China dijadwalkan tiba bulan depan. Setelah itu, 26 juta dosis vaksin yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca, yang akan diproduksi di Thailand, akan mulai didistribusikan pada Mei mendatang.
Advertisement
Kasus COVID-19 di Thailand
Kekhawatiran publik tentang kedaruratan vaksin melonjak bulan lalu setelah Thailand mengalami lonjakan kasus COVID-19, meskipun dalam jumlah yang relatif kecil.
Pada awal Desember 2020, Thailand memiliki 4.008 kasus. Hampir semua kasus baru didapatkan dari orang-orang yang sehabis melakukan perjalanan dari luar negeri.
Meski kasus COVID-19 cenderung meningkat dalam angka yang relatif kecil, pemerintah Thailand menyatakan tidak akan melonggarkan pembatasan yang ketat, setidaknya sampai akhir bulan.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus COVID-19 di Thailand per 19 Januari pukul 06.44, telah mencapai 12.594 kasus, dengan diikuti 70 kasus kematian.
(Penulis: Rizki Febianto)