Nasib Venezuela di Tengah Pandemi COVID-19, Bangkrut dan Gagal Gabung COVAX

Venezuela dapat memeroleh vaksin Corona dengan cara lain meskipun tidak terdaftar di COVAX

oleh Aditya Eka PrawiraLiputan6.com diperbarui 20 Jan 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2021, 19:00 WIB
Krisis Ekonomi, Begini Aktivitas Warga Venezuela di Tengah Pandemi COVID-19
Warga memanfaatkan hidran kebakaran untuk mengisi wadah mereka dengan air di lingkungan San Juan di Caracas, Venezuela (19/1/2021). Venezuela merupakan negara dengan salah satu cadangan minyak terbesar di dunia. (AP Photo/Matias Delacroix)

Liputan6.com, Caracas - Pendaftaran ke fasilitas COVAX telah ditutup untuk Venezuela pada Selasa, 19 Januari 2021. Negara di Amerika Selatan tersebut batal bergabung karena kekurangan uang, sehingga tidak mampu melakukan pembayaran yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam program tersebut.

Direktur Kesehatan Pan American Health Organisation (PAHO)---sebuah badan regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)---Ciro Ugarte, mengatakan, lockdown telah memerparah krisis ekonomi di Venezuela, sehingga negara tersebut kesulitan untuk membayar.

"Waktu untuk dapat bergabung dengan mekanisme COVAX telah berlalu," ujar Ugarte dikutip dari situs Channel News Asia pada Rabu, 20 Januari 2021.

COVAX merupakan program yang dirancang oleh WHO dan aliansi vaksin GAVI untuk menyatukan upaya negara-negara anggotanya, dan menjamin kesetaraan akses secara global terhadap vaksin Corona, sehingga nantinya tidak hanya negara kaya, tapi negara berpenghasilan rendah pun bisa mendapat vaksin COVID-19.

Vaksin yang diterima COVAX didanai negara donor, pemberi pinjaman multilateral seperti Bank Dunia, dan badan amal swasta. COVAX telah mendapatkan kesepakatan untuk dua miliar dosis vaksin Corona yang akan digunakan tahun ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


Kata Bank Dunia

Krisis Ekonomi, Begini Aktivitas Warga Venezuela di Tengah Pandemi COVID-19
Pria mencari potongan tembaga, emas atau perak untuk dijual di tengah pandemi virus corona baru di Sungai Guaire yang tercemar, di lingkungan Quinta Crespo di Caracas, Venezuela (19/1/2021). Krisis ekonomi Venezuela telah mengirim jutaan orang melarikan diri. (AP Photo/Matias Delacroix)

Pengacara Bank Sentral Venezuela, mengatakan, negara tersebut tidak dapat melakukan pembayaran karena sanksi yang diberikan Amerika Serikat (AS) telah membuat dana mereka dibekukan di rekening bank asing.

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, pada awal Januari memang mengajukan proposal untuk membeli vaksin COVID-19 dengan alat tukar aset yang selama ini dibekukan karena sanksi.

Namun, negara-negara Uni Eropa dan AS dilaporkan telah menolak permintaan pemerintah Venezuela untuk mencairkan asetnya tersebut.

Menteri Kesehatan Venezuela, Carlos, menyalahkan AS dan sekutunya atas 'blokade' yang diberlakukan pada dananya, yang katanya berjumlah lebih dari US$30 miliar.

"Saat ini, kami tidak dalam posisi untuk menggunakannya bahkan untuk akses ke vaksin seperti yang kami minta dalam banyak kesempatan," ujar Alvarado.

 


Sanksi Terhadap Venezuela

Krisis Ekonomi, Begini Aktivitas Warga Venezuela di Tengah Pandemi COVID-19
Para pria menyedot bensin mobil yang akan mereka simpan dan kemudian kembali ke pompa bensin untuk diisi lagi, di lingkungan San Juan di Caracas (19/1/2021). SPBU hanya akan mengisi tangki mobil dan motor, tetapi tidak untuk wadah agar orang tidak menyimpan bensin. (AP Photo/Matias Delacroix)

Washington pada 2019 memang memberikan sanksi terhadap Venezuela yang menyebabkan ratusan juta dana Venezuela dibekukan di rekening bank di Amerika Serikat dan Inggris.

Meski tidak terdaftar di COVAX, Venezuela dapat memeroleh vaksin Corona dengan cara lain. Presiden Maduro, mengatakan, negaranya akan menerima 10 juta dosis vaksin Sputnik V dari Rusia.

Namun, kampanye vaksinasi COVID-19 di Venezuela diragukan oleh banyak pihak, mengingat krisis ekonomi dan layanan kesehatan yang buruk di negara tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya