Liputan6.com, Jakarta Defisiensi atau kekurangan zat besi serta anemia di masa kehamilan dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan baik pada ibu hamil maupun bayinya di masa depan.
Endang L. Achadi, akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengatakan bahwa apabila ibu mengalami defisiensi besi atau anemia saat hamil, risiko perdarahan saat hamil atau bersalin menjadi lebih besar.
Baca Juga
"Kita tahu bahwa perdarahan adalah salah satu penyebab kematian ibu yang paling tinggi di Indonesia maupun di dunia," kata Endang dalam sebuah temu media beberapa waktu lalu, ditulis Selasa (26/1/2021).
Advertisement
Sehingga, Endang mengatakan bahwa anemia pun dapat meningkatkan risiko kematian terhadap ibu hamil.
Tak hanya bagi ibu, kekurangan besi atau anemia di masa kehamilan juga berisiko menghambat pertumbuhan bayi, bahkan saat dirinya dewasa nanti.
"Sehingga risiko anak lahir dengan prematur, lahir dengan berat badan lahir rendah, kemudian lahir dengan panjang badan lahir rendah itu meningkat," kata Endang.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Meningkatkan Risiko Stunting
Endang mengungkapkan bahwa anemia di masa kehamilan dapat meningkatkan risiko kondisi sakit atau meninggal, serta bertambahnya risiko stunting pada anak.
"Karena pertumbuhan anak dalam kandungan terhambat, maka ada risiko stunting saat anak dilahirkan," ujarnya. "Kalau anak dilahirkan sudah kurang dari 45 centimeter ke bawah, itu sudah bisa dikatakan stunting."
Menurutnya, stunting dapat berakibat jangka panjang yaitu menurunnya kecerdasan.
Di usia dewasa, anak yang mengalami stunting dapat berisiko menderita penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
Risiko dari stunting tersebut dapat berdampak pada tiga generasi dari ibu ke cucunya. "Jadi dampak dari anemia ini luar biasa. Baik pada remaja sebagai remaja itu sendiri, maupun remaja pada calon ibu."
Secara umum sendiri, anemia dapat mengakibatkan seseorang mengalami penurunan konsentarsi belajar, penurunan produktivitas, imunitas yang menurun sehingga mudah terkena penyakit infeksi, menurunkan kesegaran tubuh, sehingga prestasi sekolah dan kerja menjadi rendah.
Advertisement