Dampak Kusta pada Anak: Tunjukkan Tingginya Penularan hingga Stigma

Dari sisi epidemiologis, banyaknya kasus kusta pada anak juga menunjukkan tingginya penularan di satu wilayah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Feb 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2021, 10:00 WIB
Abused male celebs (0)
Ilustrasi anak. (Sumber Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Jika tidak segera ditemukan dan diobati, kusta pada anak bisa berdampak buruk pada kehidupan sosialnya bahkan bisa mempengaruhinya di masa depan.

Dalam sebuah temu media virtual beberapa waktu lalu, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa terdapat total 16.704 kasus kusta di Indonesia hingga tahun 2020.

Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes mengatakan, proporsi kasus kusta baru pada anak di Indonesia masih tinggi yaitu mencapai 9,14 persen.

"Artinya masih ada penularan dari kasus kusta kepada anak. Biasanya penularan ini dari orang terdekat," kata Siti Nadia, ditulis Jumat (5/2/2021).

Zunarsih, dokter spesialis kulit dan kelamin, Sekretaris Kelompok Studi Morbus Hansen Indonesia mengatakan, kusta pada anak menjadi perhatian bukan karena mudahnya risiko kecacatan yang lebih besar.

"Kita tidak bisa meramalkan siapa pasien kusta anak atau dewasa, yang bakal cacat," kata Zunarsih pada kesempatan yang sama.

 

 

 

 

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Kusta pada Anak Harus Jadi Perhatian

Ilustrasi
Ilustrasi anak-anak. (dok. unsplash.com/nikolabriede)

Menurut Zunarsih, kusta merupakan penyakit kronis masa inkubasinya lama. Sehingga, seringkali butuh waktu bisa bertahun-tahun agar gejala kusta muncul.

"Yang jadi masalah kalau seorang anak menderita kusta, yang jadi perhatian itu adalah berarti, angka penularan di daerah itu masih sangat tinggi," katanya.

"Kok bisa penyakit yang inkubasinya lama, sudah banyak ditemukan kasusnya pada anak. Jadi dari sisi epidemiologi yang lebih concern."

Selain itu, jika kusta pada anak tidak terobati dan menyebabkan kecacatan, hal ini akan berdampak apabila ia harus memasuki masa sekolah. "Kita bakal susah menghilangkan stigma."

Zunarsih mengatakan bercak kusta bisa hilang dengan pengobatan, namun apabila anak mengalami cacat akibat itu, masyarakat mungkin menganggap anak tersebut sebagai sumber penularan walau ia sudah dinyatakan sembuh.

"Jadi kasus kusta pada anak kalau bisa jangan sampai tinggi," katanya.


Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya