Liputan6.com, Jakarta - Seorang dokter ahli gastroenterologi yang berbasis di Texas, Dr. Sameer Islam baru-baru ini membagikan rahasia di balik penyebab beberapa orang tiba-tiba ingin Buang Air Besar (BAB) setibanya di toko buku.
Ia memulainya dengan sejarah di pertengahan 1980-an tentang seorang wanita Jepang bernama Mariko Aoki yang menulis surat ke sebuah majalah dan menceritakan bahwa ia kadang-kadang merasa perlu buang air besar setiap kali ia memasuki toko buku.
Baca Juga
Apa yang dialami Aoki ini ternyata juga dialami oleh beberapa orang. Hal itu ditunjukkan oleh semakin banyaknya orang-orang yang menulis kejadian serupa dan merasa ingin buang air besar setiap kali berada di toko buku dan perpustakaan.
Advertisement
Dilansir Menshealth, sensasi itu menjadi populer dan dikenal sebagai fenomena Mariko Aoki, bahkan ada entri Wikipedia yang panjang tentangnya. Sementara fenomena Mariko Aoki belum terbukti secara medis atau ilmiah, beberapa dokter mengatakan bahwa mereka memiliki bukti anekdot untuk mendukung hubungan antara ruang sunyi ini dan dorongan untuk buang air besar.
Dr. Sameer mengaku pernah didatangi pasien yang mengalami hal serupa. Asisten profesor kedokteran di Texas Tech university tersebut mengatakan bahwa ini adalah hal yang mungkin lebih umum daripada yang disadari orang-orang. "Saya pikir orang hanya malu untuk membicarakannya," katanya.
"Ini adalah murni masalah psikologis," katanya. Saat ini, orang yang mengalaminya bukanlah orang gila. Ada hubungan nyata antara usus dan otak. Apa yang kita rasakan secara mental akan mempengaruhi usus kita. Itu sebabnya ketika Anda gugup, seperti mengikuti tes atau memberikan pidato di depan umum, beberapa orang mengalami ketidaknyamanan perut. Kegugupan yang Anda rasakan yang berhubungan dengan perasaan tergelitik di usus Anda.
"Bagi beberapa orang, rasa gugup tersebut akan menyebabkan diare dan timbulnya masalah usus. Ini adalah manifestasi umum dari kondisi seperti sindrom iritasi usus besar," jelasnya.
Â
Simak Video Berikut Ini:
Lalu mengapa harus di toko buku atau perpustakaan?
Untuk ini, Dr. Sameer mengatakan tidak mesti merasakannya ketika di toko buku saja, tetapi bisa juga terjadi saat berada di tempat lain seperti taman dan museum. Intensitas informasi yang Anda temui di museum dan perpustakaan, atau keheningan taman yang tiba-tiba, dapat memicu respons otonom dalam naluri Anda.
Khususnya di perpustakaan atau toko buku, yang mungkin terjadi adalah efek yang timbul dari perasaan tegang gugup menghadapi semua informasi yang terwakili di rak buku. Ini setidaknya satu penjelasan atas dasar bukti ilmiah. Tapi Dr. Sameer mengakui ia dan para dokter pun masih belum mengetahui lebih jelasnya.
Sementara ada beberapa teori menyatakan bahwa bau kertas atau tinta bekas memiliki efek pencahar, kemungkinan karena asosiasi membaca di toilet. Dr. Sameer menanggapi kemungkinan hal itu bisa saja terjadi, namun sekali lagi ia mengatakan tidak memiliki bukti ilmiah apapun tentang itu.
Adapun teori lain yang menunjukkan kecemasan sebaliknya, seperti cemas karena tidak tersedia toilet, bisa memicu saraf yang ironisnya untuk mendorong buang air besar. Dr. Sameer menduga hal itu bisa saja terjadi. Karena ada banyak ppasien yang menderita masalah usus seperti sindrom iritasi usus besar atau kolitis ulserativa, sehingga mereka terus-menerus mengkhawatirkan letak kamar mandi. Itu bisa memicu kecemasan, menyebabkan diare dan nyeri.
Kebanyakan orang juga memiliki kebiasaan membaca di toilet, yang dengan sendirinya menyebabkan banyak masalah usus, seperti wasir, nyeri, celah, dll. Seiring waktu, usus besar dan tubuh Anda akan mengasosiasikan membaca dengan toilet. Koneksi bawah sadar tersebut akan membuat Anda terdorong untuk buang air besar sebagaimana saat berada di sekitar toilet, jelasnya.
Lalu ada anggapan kemungkinan fenomena kebelet buang air besar di toko buku ada hubungannya dengan cara orang membungkuk untuk membaca judul buku. Dr. Sameer mengatakan bahwa hal ini benar. Postur tubuh memiliki peran besar dalam hal buang air besar. Itulah mengapa postur berjongkok memperlancar buang air besar dengan mengubah sudut rektum agar lebih mudah diakses dan lebih mudah untuk keluar. Ini sama halnya dengan membungkuk saat membaca buku di toilet, katanya.
Advertisement