Mengenal Obstructive Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Bisa Menyebabkan Diabetes

Salah satu gangguan tidur yang harus dikhawatirkan adalah Obstructive Sleep Apnea, apa itu?

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2021, 10:00 WIB
30% Perempuan Mengalami Gangguan Tidur di Masa Menstruasi
credit via shutterstock

Liputan6.com, Jakarta - Gangguan tidur dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan kebugaran. Salah satunya adalah obstructive sleep apnea (OSA), yaitu gangguan fungsi pernapasan yang terus-menerus selama tidur.

Berdasarkan sebuah rilis yang dikeluarkan World Sleep Society, obstructive sleep apnea dialami sekitar empat persen dari populasi orang dewasa. Gangguan tidur ini disebabkan oleh penyumbatan saluran pernapasan bagian atas.

Hal tersebut dapat terjadi karena faktor-faktor seperti lidah yang besar, jaringan ekstra, atau penurunan tonus otot yang menahan jalan nafas terbuka.

Setiap jeda pernapasan dapat berlangsung dari 10 detik hingga lebih dari satu menit dan disertai dengan penurunan oksigen. Frekuensi jeda pernapasan terjadi sekitar lima hingga 50 kali atau lebih setiap jam. Hal ini membuat jantung tegang dan dapat menyebabkan sejumlah kondisi kesehatan yang serius.

Dalam jangka pendek, OSA menyebabkan kantuk dan kelelahan di siang hari. Namun, pada kasus yang ekstrem Obstructive Sleep Apnea dapat menyebabkan hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan diabetes.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak juga video berikut


Perlu segera ditangani

Ingin Tidur dengan Nyenyak? Lakukan 4 Hal Berikut Ini
Ingin tidur dengan nyenyak dan berkualitas tanpa gangguan? Yuk kita intip 4 tips berikut ini. (iStockphoto)

Mengingat bahwa komorbiditas pasien OSA sama dengan pasien COVID-19, sangat penting untuk memastikan pasien OSA menerima terapi continous positive airway pressure atau CPAP yang efektif jika dihadapkan dengan infeksi COVID-19. 

CPAP umum dilakukan dalam penanganan pasien OSA. Pada kasus tertentu dokter dapat melakukan pembedahan untuk mengangkat jaringan yang berlebihan di orofaring.

Mengatasi gangguan tidur OSA dapat meningkatkan kualitas tidur yang pada akhirnya mengembalikan kesehatan fisik dan mental. Studi terbaru menunjukkan bahwa hormon tidur melatonin bermanfaat untuk menurunkan stres oksidatif, peradangan, dan respon imun.

 

Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi


Infografis

[INFOGRAFIS] Kala Insomnia Merusak Kualitas Tidur Anda
Kala insomnia menyerang, bukan hanya kualitas hidup anda yang terganggu. Aktivitas sehar-hari pun dapat berantakan.
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya