Liputan6.com, Jakarta - Herpes Zoster (HZ) atau yang juga dikenal dengan istilah shingles, cacar ular, dan cacar api merupakan suatu sindrom khas yang disebabkan oleh reaktivasi Virus Varicella Zoster. Virus ini sama dengan virus penyebab cacar air.
Reaktivasi terjadi ketika sistem imunitas tubuh terhadap Virus Varicella Zoster menurun. Penurunan ini bisa diakibatkan karena penuaan atau imunosupresi (penekanan kerja sistem imun).
Baca Juga
Ketika virus Herpes Zoster masuk ke dalam tubuh manusia, virus tersebut berdiam pada sistem syaraf dan menetap di dalamnya. Akibatnya, virus dapat aktif pada waktu yang tak terduga.
Advertisement
Namun ini semua dapat dicegah dengan cara meningkatkan imunitas tubuh dan menghindari kontak langsung terhadap virus dari penderita Herpes Zoster.
Penting juga untuk mengenali gejala awal dari Herpes Zoster. Meski gejalanya tidak spesifik, biasanya sebelum muncul tanda pada kulit (ruam merah dan lenting berisi air) akan timbul rasa lelah, sakit kepala dan lemas. Ini akan berlangsung selama 1-5 hari.
Simak Juga Video Berikut Ini
Dampak dari Herpes Zoster
Herpes Zoster dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya secara fisik, psikologi, serta kehidupan sosialnya. Bahkan, dampak Herpes Zoster pada kualitas hidup seseorang hampir setara dengan kesulitan yang ditimbulkan akibat penyakit gagal jantung, diabetes, serangan jantung dan depresi.
Salah satu dampak dari Herpes Zoster yang sangat mengganggu adalah rasa nyeri berkepanjangan. Hal ini dikenal dengan istilah Neuralgia Pasca-Herpes.
Namun, lewat pengobatan yang cepat dan tepat, harapan kesembuhan Herpes Zoster pun dapat meningkat.
Advertisement
Jalan Penularan Herpes Zoster
Dalam presentasinya pada acara Virtual Media Briefing Klinik Pramudia, Kamis (8/4/2021) Dokter Anthony Handoko, CEO Klinik Pramudia, memaparkan bagaimana penularan Herpes Zoster dapat terjadi.
“Penularan virusnya bisa melalui pertukaran napas dan kontak dengan lesi atau gejala di kulit. Penularan Herpes Zoster terjadi ketika ada kontak langsung dengan cairan pada lepuhan ruam yang dialami penderita,” ujar dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV.
Beliau juga mengungkapkan bahwa mereka yang belum pernah menderita cacar air atau tidak pernah menerima vaksin cacar air memiliki risiko tinggi untuk tertular.
Namun mereka yang terinfeksi tidak akan langsung terkena Herpes Zoster atau cacar api, melainkan merasakan cacar air terlebih dahulu. Kemudian, barulah virus cacar air itu dapat berkembang sewaktu-waktu menjadi Herpes Zoster.
Ketika terinfeksi lewat kontak pertama kali, virus masih membutuhkan waktu beberapa hari hingga akhirnya muncul lesi pada kulit.
“Masa inkubasi setelah pertama kali kontak hingga timbulnya lesi di kulit sekitar 10-21 hari,” kata Dokter Anthony.
Lansia dan Wanita Rentan Terkena Herpes Zoster
Pada dasarnya, mereka yang pernah terkena cacar air memiliki risiko besar untuk terkena Herpes Zoster. Namun, risiko besar juga dihadapi oleh orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah (imunokompromais) seperti lansia, penderita HIV/AIDS, pasien transplantasi organ, penderita kanker, menderita sres psikis, pasien pasca operasi, dan pasien yang minum obat-obat yang dapat menekan sel imun tubuh.
Misalnya saja pada pengobatan kanker, radiasi atau kemoterapi dapat menurunkan daya tahan terhadap penyakit dan memicu Herpes Zoster.
Lansia lebih rentan, bahkan saat ini kelompok usia lebih muda juga rentan, terutama wanita.
“Herpes Zoster terutama terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun. Namun, saat ini tren kasus Herpes Zoster cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dan lebih sering terjadi pada wanita. Kira-kira 30% populasi pernah mengalami Herpes Zoster semasa hidupnya. Sedangkan insiden kasus Neuralgia Pasca Herpes sekitar 10-40% dari kasus Herpes Zoster,” kata Dokter Anthony.
Semakin tinggi usia ketika terkena Herpes Zoster, maka akan semakin besar terjadi komplikasi Neuralgia Pasca-Herpes.
Penulis: Rissa Sugiarti
Advertisement