Tingkat Keberhasilan Tinggi, Terapi Plasma Konvalesen Diharap Bisa Atasi Pandemi COVID-19

Dr dr Theresia Monica dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha mengatakan, dengan penanganan yang tepat, terapi plasma konvalesen bisa membantu pasien membentuk antibodi untuk melawan infeksi virus penyebab COVID-19.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 24 Mei 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2021, 21:00 WIB
FOTO: 307 Penyintas COVID-19 Donorkan Plasma Konvalesen
Penyintas COVID-19 melakukan donor plasma konvalesen di PMI DKI Jakarta, Selasa (19/1/2021). Sebanyak 307 penyintas COVID-19 per 1 hingga 15 Januari 2021 telah mendonorkan plasma konvalesen. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Dr dr Theresia Monica dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha mengatakan, dengan penanganan yang tepat, terapi plasma konvalesen bisa membantu pasien membentuk antibodi untuk melawan infeksi virus penyebab COVID-19.

Hal tersebut disampaikan Monica dalam webinar internasional bertema "Convalescent Plasma Therapy", yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha (UKM), Jumat, 21 Mei 2021 petang.

Dalam webinar yang didukung PT Itama Ranoraya Tbk dan PT Teruma Indonesia itu, Monica menjelaskan bahwa terapi plasma konvalesen merupakan salah satu bentuk dari vaksinasi pasif yang diambil dari pasien sembuh COVID-19. Plasma dari pasien sembuh tersebut mengandung kekebalan tubuh yang cukup tinggi.

Hanya saja, Monica mengatakan, "Antibodi yang terkandung dalam plasma berfungsi mengeliminasi virus, bukan untuk memperbaiki organ yang rusak."

Diakui Monica, selama ini banyak penelitian dengan hasil berbeda mengenai terapi plasma konvalesen (TPK). Ada yang memberikan hasil mendukung, dan juga sebaliknya. Tetapi, dokter yang juga Ketua Pusat Pengembangan, Inovasi & Kerja Sama (PPIDK) FK UKM ini menjelaskan bahwa keberhasilan TPK tergantung dari beberapa faktor utama, yaitu: dosis, kadar antibodi, dan waktu pemberian.

Selain itu, pendonor plasma juga memiliki peran penting, seperti disampaikan Dr dr Ria Syafitri Evi Gantini, M.Biomed dari Palang Merah Indonesia. Menurut Ria, ada kondisi atau kriteria tertentu dari pendonor yang harus diperhatikan agar terapi plasma konvalesen maksimal.

Ria menyebut, ada delapan syarat untuk menjadi donor plasma konvalesen, yaitu:

  1. Usia 18-60 tahun
  2. Berat badan minimal 55 kg,
  3. Diutamakan pria, atau jika perempuan belum pernah hamil,
  4. Pernah terkonfirmasi Covid-19,
  5. Surat keterangan sembuh dari dokter yang merawat,
  6. Bebas keluhan minimal 14 hari,
  7. Tidak menerima transfusi darah selama 6 bulan terakhir, dan
  8. Lebih diutamakan yang pernah mendonorkan darah.

 

Pernah Diterapkan di Masa Pandemi Flu Spanyol

Profesor Michael J. Joyner, M.D. dari Mayo Clinic mengungkapkan bahwa metode terapi plasma konvalesen ini bukan hal baru, bahkan metode serupa pernah diterapkan pada masa pandemi flu Spanyol (H1N1) pada 1917 - 1918, dan cukup berhasil sebagai metode penyembuhan. Di masa sekarang dengan ilmu kedokteran yang sudah maju, terapi plasma ini terbukti dapat menurunkan mortalitas pada pasien Covid-19.

Hal senada juga diungkapkan oleh Profesor Arturo Casadevall, M.D., M.S., Ph.D. dari Johns Hopkins, bahkan TPK termasuk terapi yang populer di Amerika Serikat. Hanya saja, ia mengingatkan bahwa terapi ini sebaiknya diterapkan secara tepat.

“Efektivitas dari plasma ini bergantung darijumlah yang diberikan, misalnya, dosisnyaharus tepat. Juga, lebih cepat tindakan, tentu lebih baik,” katanya, mengutip siaran resmi yang diterima Liputan6.com.

Profesor Liise-anne Pirofski, M.D. dari Albert Einstein College of Medicine, juga memberikan catatan terhadap terapi plasma konvalesen, tapi tidak menampik bahwa terapi ini sangat disarankan sebagai salah satu ikhtiar menekan tingkat kematikan akibat COVID-19.

Penelitian terhadap terapi plasma konvalesen ini memang telah dilaksanakan di beberapa negara, dan dalam pengamatan ProfesorPirofski, pasien yang diuji dengan terapi plasma nyaris semuanya sembuh.

 

Banyak Diteliti di Indonesia

Monica menyebut bahwa saat ini banyak penelitian TPK yang sudah dan sedang dilakukan di Indonesia. Salah satunya adalah kolaborasi antara FK UKM dan RS Primaya.Penelitian lain diadakan di RS Mayapada dan RS Mandara Bali. Ada pun RS Saiful Anwar juga sudah melaksanakan penelitian TPK.Demikan pula, sementara dilaksanakan penelitian nasional multi centre yang melibatkan 10 RS di Indonesia.

“Dari hasil internal, ternyata TPK dapat menurunkan angka mortalitas secara signifikan atau nyata pada pasien COVID-19 stadium sedang dan berat,” jelasnya.

Dengan melihat jumlah pasien sembuh COVID-19 yang terus meningkat, tidak berlebihan kalau TPK sangat dianjurkan diterapkan di center-center, baik dari rumah sakit pemerintah maupun swasta, sehingga kita, bangsa Indonesia,bisa keluar dari pandemi COVID-19 ini.

“Kami berharap penggunaan TPK sebagai alternatif penyembuhan COVID-19 dapat terus dilakukan. Dan kami terus berupaya untuk mendukung penelitian terhadap produk-produk dari plasma darah secara optimal,” ucap Heru Firdausi Syarif Direktur Utama, PT Itama Ranoraya Tbk. 

Infografis

Infografis Kombinasi 3M Turunkan Risiko Tertular Covid-19 hingga 99,9 Persen. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Kombinasi 3M Turunkan Risiko Tertular Covid-19 hingga 99,9 Persen. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya