Liputan6.com, Jakarta - Terapi plasma konvalesen saat ini menjadi salah satu alternatif pengobatan pasien COVID-19. Kehadiran terapi plasma konvalesen dapat meningkatkan angka kesembuhan pasien dengan derajat berat mencapai 95 persen dan derajat kritis hingga 59 persen berdasarkan studi yang ada.
Terapi plasma konvalesen merupakan salah satu terapi dengan cara memindahkan plasma penyintas COVID-19 yang mengandung antibodi spesifik terhadap SARS-CoV-2 ke pasien COVID-19.
Baca Juga
Hingga kini masih terus dikaji manfaat pemberian terapi plasma konvalesen. Ada yang memberikan hasil mendukung dan sebaliknya.
Advertisement
Berdasarkan studi, keberhasilan terapi ini tergantung dari beberapa faktor utama yaitu dosis, kadar antibodi dan waktu pemberian seperti disampaikan Ketua Pusat Pengembangan, Inovasi & Kerjasama (PPIK) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, Dr dr Monica SpAn, MSi, MM, MARS.
Tanpa memperhatikan ketiga faktor utama ini maka efektivitas antibodi di dalam terapi plasma konvalesen tidak akan optimal. Hal ini karena prinsip terapi tersebut adalah antibodi di dalam plasma konvalesen berfungsi untuk menghilangkan virusnya bukan untuk memperbaiki kerusakan organ yang terjadi.
“Oleh sebab itu pemberian sedini mungkin terutama pada pasien dengan komorbid dapat memberikan hasil yang lebih baik,” jelas Monica dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.
Diskusi Mendalam
Guna membahas lebih mendalam mengenai terapi plasma konvalesen, FK Universitas Kristen Maranatha bakal menggelar webinar internasional bekerja sama PT Itama Ranoraya Tbk dan Terumo Indonesia, pada 21 Mei 202 pukul 19.00 – 22.00 WIB.
Seminar daring ini merupakan kelanjutan dari Gerakan Donor Plasma Konvalesen Nasional pada 18 Januari 2021 lalu.
Bakal hadir dalam seminar daring ini narasumber dan pakar terapi plasma konvalesen dari Amerika Serikat yakni Profesor Michael J. Joyner. dari Mayo Clinic, Profesor Arturo Casadevall dari Johns Hopkins dan Profesor Pirofski dari Albert Einstein College of Medicine.
Lalu, dua narasumber dari Indonesia yaitu Dr. dr. Theresia Monica, Sp.An., KIC., M.SI., MM., MARS. dari Universitas Kristen Maranatha dan Dr. dr. Ria Syafitri Evi Gantini, M. Biomed. dari Palang Merah Indonesia.
Advertisement