[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Lockdown Sebagian Kota di India dan Penurunan Kasus

India pernah mengalami kenaikan kasus COVID-19 sampai 40 kali lipat, dan kemudian dalam waktu 1 bulan turun jadi seperempatnya dan dalam 2 bulan turun hampir 10 kali lipat lebih rendah.

oleh Prof Tjandra Yoga Aditama diperbarui 30 Jul 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2021, 21:00 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama. dok pribadi

Liputan6.com, Jakarta Seperti diketahui bahwa India pernah mengalami kenaikan kasus COVID-19 sampai 40 kali lipat, dan kemudian dalam waktu 1 bulan turun jadi seperempatnya dan dalam 2 bulan turun hampir 10 kali lipat lebih rendah.

Kalau kita ikuti perkembangannya, pada 8 Februari 2021 kasus baru di India adalah 9.110 dan kemudian terus merangkak naik. Pada 8 Maret  2021 kasus barunya 15.388 dan 8 April menjadi 131.968 orang.

Sesudah naik lebih 10 kali lipat pada April itu maka India mulai melakukan beberapa kegiatan lockdown total.

New Delhi Ibukota India mulai menerapkan lockdown total pada 17 April 2021. Kota Mumbai pusat perdagangan (dan pusat industri film Bollywood) mulai lockdown pada 21 April, setelah seminggu sebelumnya memberlakukan jam malam, menutup mal, bioskop dll.

 

Simak Video Berikut Ini:


Pelonggaran

Berbagai kota dan negara bagian di India juga melakukan berbagai bentuk pembatasan sosial di daerahnya masing-masing, ada yang berbentuk lockdown atau “complete restriction”, ada yang “movement restriction” dan ada juga yang dalam bentuk “partial/controlled measure for movement”.

Selain pembatasan sosial, tes juga amat ditingkatkan sampai 2 juta per hari, telusur digalakkan dan vaksinasi ditingkatkan sampai 8 juta sehari. Sejalan dengan itu maka pelayanan Rumah Sakit juga dibenahi, ada bangunan tertentu yang digunakan merawat pasien, pengadaan oksigen dibenahi dll.

Dengan berbagai kegiatan itu maka tentu kasus tidak akan langsung turun. Sesudah lockdown di New Delhi dan Mumbai pada sekitar 17 dan 20 April maka kasus India masih terus meningkat dan mencapai puncaknya pada 6 Mei 2021, sebanyak 414.188 kasus baru.

Jadi sekitar 2 atau 3 minggu lockdown maka kasus mencapai puncak, dan lalu turun secara nyata sambil lockdown dilanjutkan. Sesudah 1 bulan pada 6 Juni 2021 kasus baru turun menjadi 100.636 dan sesudah 2 bulan dari puncak kasus maka pada 6 Juli 2021 sudah menjadi 43.733 kasus baru.

 


Kasus mulai turun

Sesudah mencapai puncak dan lalu kasus mulai turun maka pemerintah New Deli pada 31 Mei 2021 mulai melakukan pelonggaran, mereka sebut sebagai “unlocking process” sesudah sekitar 1,5 bulan menjalani lockdown.

Pada 31 Mei maka pekerjaan konstruksi bangunan dan pabrik mulai dibuka, sehingga pekerja harian akan mendapat upahnya kembali. Toko-toko di dalam mal dibuka separuh secara bergiliran, ada yang buka di tanggal genap dan ada yang di tanggal ganjil, demikian juga pasar serta pertokoan di kompleks perumahan. Kereta Delhi metro mulai beroperasi dengan kapasitas 50%.

Kantor-kantor lain juga diatur, ada yang boleh 50% saja dan ada yang sudah mulai 100%. Pemerintah kota New Delhi juga menyatakan bahwa pada tahap pertama pelonggaran ini maka bioskop dan teater, restoran makan di tempat, tempat kebugaran, cukur rambut, spa, salon kecantikan dan tempat hiburan masih ditutup dulu, yang kemudian dibuka bertahap sesuai keadaan.

Negara bagian Maharshtra di India dengan Mumbai sebagai ibukotanya pada 6 Juni 2021 juga mengumumkan memulai pelonggaran lockdown dalam 5 tahap, yang mereka sebut sebagai “5 step unlock plan” sesudah sekitar 1 bulan 3 minggu menjalani lockdown.

Pelonggaran dilakukan di berbagai kota/kabupaten di negara bagian ini, tergantung antara lain dari angka kepositifannya dan juga ketersediaan tempat tidur dan oksigen serta angka reproduksi (“reproductive number”).  

Pada 7 Juni 2021, restoran, tempat kebugaran, salon kecantikan dan beberapa aktifitas lainnya mulai dibuka di kota Mumbai. Pemerintah setempat mengajak warganya untuk mulai pelonggaran secara bertahap dengan amat hati-hati, dikatakan “We are getting back on track with the phase-wise opening. Let’s reopen, but with care. Follow all precautions!”

 

**Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes. Kini penulis juga merupakan member COVAX Independent Allocation of Vaccines Group (IAVG) yang dipimpin bersama oleh Aliansi Vaksin Dunia (GAVI), Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


Infografis Covid-19 Varian Delta India Hantui Indonesia

Infografis Covid-19 Varian Delta India Hantui Indonesia
Infografis Covid-19 Varian Delta India Hantui Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya