Liputan6.com, Jakarta - Komplikasi kardiovaskular dapat terjadi akibat diabetes dan dislipidemia (gangguan lemak darah) yang tidak dikelola dengan baik.
Menurut Staf Departemen Penyakit Dalam Divisi Metabolik Endokrin FKUI-RSCM, Syahidatul Wafa, diabetes secara dramatis akan meningkatkan berbagai risiko berbagai masalah kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit arteri perifer.
Sementara itu, Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD, menjelaskan bahwa dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lemak.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi dislipidemia ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), peningkatan kadar trigliserida, serta penurunan High Density Lipoprotein (HDL).
“Pengelolaan dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid namun juga faktor metabolik lainnya seperti hipertensi, diabetes dan obesitas,” ujar Tri dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 14 Agustus 2021.
Penyebab Kematian Terbanyak
Menurut estimasi organisasi kesehatan dunia (WHO) penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada 2016, yakni 35 persen dari seluruh kematian.
Menurut penelitian Hussain dkk., penyebab terbanyak dari penyakit jantung koroner yang fatal di Indonesia pada laki-laki adalah merokok (28,0 persen), hipertensi (20,1 persen), kolesterol tinggi (7,7 persen), kelebihan berat badan (7,7 persen), dan diabetes (6,4 persen).
Sedangkan pada perempuan adalah hipertensi (24,1 persen), kolesterol tinggi (16,7 persen), kelebihan berat badan (12,1 persen), diabetes (12,0 persen), dan merokok (1,3 persen).
Advertisement
Cegah Penyakit Kardiovaskular dengan Kelola Dislipidemia
Tri menambahkan, guna menghindari risiko penyakit kardiovaskular maka dislipidemia perlu dikelola dengan komprehensif.
Pengelolaan dislipidemia terdiri dari terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, nutrisi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok. Serta terapi farmakologis melalui obat anti lipid.
Dalam keterangannya, ia juga menyebutkan bahwa aktivitas fisik yang disarankan berupa jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya selama 30 menit sebanyak 4 sampai 6 kali seminggu.
Diet yang disarankan adalah diet rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran sekitar 5 porsi per hari, biji-bijian 6 porsi per hari, ikan, dan daging tanpa lemak, serta membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol.
Prinsip dasar terapi farmakologi adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Obat utama yang disarankan adalah statin.
Obat lainnya, seperti asam fibrat, asam nikotinat, dan bile acid sequestrant hanya digunakan bila terdapat kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.