Liputan6.com, Jakarta Konselor dari Riliv, Prita Yulia Maharani memaparkan 5 dampak negatif self-diagnose terhadap kesehatan mental.
Menurutnya, self-diagnose adalah tindakan mendiagnosis kondisi tubuh secara mandiri tanpa melakukan konsultasi lebih lanjut pada pakar.
"Banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan mereka," kata Prita.
Advertisement
Baca Juga
Kelima dampak negatif self-diagnose yakni membuat panik, membuat gangguan sebenarnya terabaikan, memperparah kondisi kesehatan mental, menyangkal masalah mental yang sedang dialami, dan enggan berkonsultasi dengan pakar.
Bikin Panik
Self-diagnose terkait kesehatan mental memiliki bahaya yang tidak disadari seperti bisa membuat panik.
“Manusia memiliki naluri untuk cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya. Itulah mengapa lebih mudah untuk mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self-diagnose.”
Pada akhirnya, self-diagnose hanya akan membuat pasien mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi. Jika pasien lebih memilih berkonsultasi ke psikolog, maka pasien tidak akan merasa panik.
“Sebab psikolog profesional bisa menjelaskan kondisi dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan,” kata Prita.
Advertisement
Membuat Gangguan Sebenarnya Terabaikan
Ketika seseorang melakukan self-diagnose, gejala penyakit atau gangguan kesehatan mental yang ditemukan dan diyakini belum tentu benar atau sesuai dengan kondisi yang dialami.
“Bisa saja kamu yakin sedang mengalami anxiety disorder, tetapi sebenarnya kamu mengalami depresi mayor. Bisa jadi pula kebalikannya atau bahkan bukan keduanya.”
Saat melakukan self-diagnose, seseorang jadi tidak tahu sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang dialami.
“Kamu hanya menduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya. Hal ini merupakan masalah karena dengan begitu kamu jadi tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.”
Memperparah Kondisi Kesehatan Mental
Risiko self-diagnose lainnya adalah justru dapat memperparah kondisi kesehatan mental. Ini bisa terjadi karena terlalu panik dan stres.
Keadaan panik malah membuat orang tidak mengobati masalah kesehatan mentalnya atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah.
Setiap masalah kesehatan mental memiliki penanganan tersendiri. Ada yang bisa diatasi dengan terapi, ada pula yang membutuhkan obat-obatan tertentu, lanjut Prita.
Kelemahan dari self-diagnose adalah seseorang tidak akan benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mentalnya. Bisa jadi orang tersebut salah langkah dengan menggunakan produk yang memiliki efek samping negatif.
Advertisement
Menyangkal Masalah Kesehatan Mental yang Sedang Dialami
Biasanya, seseorang akan menyimpulkan hal terburuk saat melakukan self-diagnose. Tetapi, ternyata hal kebalikannya juga berlaku.
“Tak jarang ada orang yang memilih untuk menyangkal gangguan kesehatan mental yang sedang dialami. Mereka umumnya merasa masalah kesehatan mental yang ia alami tidak terlalu parah.”
Padahal, penolakan seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab bisa jadi masalah kesehatan mental yang dimiliki membutuhkan penanganan segera agar tidak semakin parah.
Enggan Berkonsultasi dengan Pakar
Setelah mencari tentang masalah kesehatan mental di internet, seseorang jadi merasa tidak perlu lagi untuk berkonsultasi ke psikolog. Sebab, orang tersebut berpikir bahwa ia bisa tahu gejala yang dialami tanpa bantuan ahli.
“Jika terlalu sering dilakukan, self-diagnose bisa memunculkan trust issue kepada psikolog dan psikiater. Hal ini dapat terjadi karena kamu sudah terlalu percaya diagnosis yang kamu dapat dari internet. Kamu jadi cenderung mempercayai internet, bukan para ahli.”
Padahal, berkonsultasi dengan ahli bisa membantu menemukan langkah selanjutnya. Mulai dari tingkat keparahan hingga konfirmasi terkait kondisi yang dialami.
Advertisement