Perbaiki Budaya Kerja, Cegah Burnout pada Karyawan

Beban kerja yang berat dapat memicu terjadinya burnout pada para pekerja atau karyawan. Burnout adalah kondisi stres berat akibat beban pekerjaan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 11 Agu 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2021, 15:00 WIB
Burnout saat kerja
Ilustrasi burnout Credit: pexels.com/Andrea

Liputan6.com, Jakarta Beban kerja yang berat dapat memicu terjadinya burnout pada para pekerja atau karyawan. Burnout adalah kondisi stres berat akibat beban pekerjaan.

Menurut psikolog dari aplikasi konseling Riliv, Prita Yulia Maharani, kondisi burnout umumnya ditandai dengan stres berat, frustrasi, kurang motivasi, dan mudah merasa lelah.

Burnout berpengaruh pula pada ketenangan emosional yang akhirnya membuat hasil kerja tidak maksimal. Maka dari itu, Prita menyampaikan bahwa pencegahan burnout sangat diperlukan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memperbaiki budaya kerja.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Simak Video Berikut Ini:


Budaya Kerja dan Kesejahteraan Karyawan

Mencegah burnout sebenarnya sangat mudah dilakukan, kata Prita. Hal ini dapat dimulai dengan memperbaiki budaya kerja.

“Budaya kerja perusahaan yang transparan, atasan selalu mengapresiasi usaha karyawan, dan memperhatikan work life balance akan lebih meningkatkan kesejahteraan karyawan,” katanya.

Ketika lingkungan kerja terasa nyaman, maka kesejahteraan karyawan pun ikut meningkat. Pada akhirnya, hal ini berkaitan pula dengan keinginan karyawan untuk resign yang semakin berkurang.


Interaksi yang Baik

Budaya kerja yang bersahabat juga mencakup komunikasi yang baik antara karyawan dan atasan

Perusahaan dapat mengadakan pertemuan dengan karyawan untuk menangkal ‘penyakit’ pikiran yang disebabkan oleh burnout.

Hal yang dapat dilakukan dalam pertemuan tersebut adalah saling berinteraksi untuk membenahi masalah pekerjaan seperti terkait waktu dan sistem kerja.


Mendengar Suara Karyawan

Karyawan perlu diberi kesempatan untuk memberikan usulan kepada manajer tentang cara mengatur stres dan perasaan letih saat bekerja.

Bila perlu, perhatikan ulang jam kerja di kantor, jika ada karyawan yang masuk kerja jam 8 pagi, tetapi masih belum diizinkan pulang jam 9 malam, maka bicarakan kepada atasan.

“Beri tahu tentang penyesuaian biaya dan dampak burnout pada karyawan. Produktivitas internal perusahaan dapat menurun akibat dampak dari burnout yang mengganggu ketahanan kerja,” kata Prita.

Sedang, pihak perusahaan perlu selalu menampung setiap pendapat dari masing-masing karyawan.

“Suara mereka sangat penting sebagai bahan evaluasi atas kemajuan perusahaan. Dengan begitu, karyawan seakan lebih dihargai agar terhindar dari sikap acuh tak acuh,” kata Prita.

 

 


Infografis Ayo Jaga Diri dan Kelola Stres Saat Pandemi COVID-19

Infografis Ayo Jaga Diri dan Kelola Stres Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Ayo Jaga Diri dan Kelola Stres Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya