Butuh Sikap seperti Hye-jin Hometown Cha-Cha-Cha Agar Hubungan Awet

Hye-jin, karakter di Hometown Cha-Cha-Cha dibutuhkan sikap sepertinya

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 17 Okt 2021, 15:42 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2021, 15:42 WIB
Hometown Cha-Cha-Cha. (tvN via Instagram/ tvn_drama)
Hometown Cha-Cha-Cha. (tvN via Instagram/ tvn_drama)

Liputan6.com, Jakarta - Rasa-rasanya tak ada penonton Hometown Cha-Cha-Cha yang tidak menangis sesegukan saat menyaksikan episode 15. Sebab, di sepanjang 1 jam 19 menit, adegan menyayat hati begitu mendominasi.

Namun, lewat episode yang berhasil memeroleh rating 10,3 persen, penonton Hometown Cha-Cha-Cha akhirnya bisa bernapas lega. Hong Du-sik (Kim Seon Ho) yang selama ini bungkam akan masa lalunya, mau terbuka dan menceritakan semuanya ke Hye-jin (Shin Min Ah).

Seperti diketahui, jauh sebelum keduanya mengikrarkan untuk bersama, Hye-jin lebih dulu terbuka tentang dirinya. Termasuk tentang ayah dan ibu kandungnya, ibu tirinya, dan dirinya yang bodoh ketika mabuk. Akan tetapi tidak dengan Du-sik, yang lebih 'nyaman' menyimpannya sendiri.

"Aku tak keberatan menunjukkan diriku yang sebenarnya, tapi kau tak seperti itu?," begitu kata Hye-jin di menit-menit terakhir episode 13.

Hye-jin pun terpaksa mendorong Du-sik untuk mau terbuka tentang masa lalunya. Meski begitu cewek metropolitan yang berprofesi sebagai dokter gigi tersebut tak lantas mengharuskan kekasihnya melakukannya secepat mungkin. Hye-jin memberinya waktu.

"Aku tak mau berpisah denganmu. Kurasa kita perlu waktu agar kau tak perlu merasa bersalah kepadaku. Agar kau bisa jujur kepadaku," kata Hye-jin.

Hyejin dan Dusik, Pondasi Kuat Dalam Berhubungan

Dari sudut pandang psikologis, sikap terbuka dan mau menerima kondisi pasangan seperti yang dilakukan Hye-jin terhadap Du-sik perlu dimiliki banyak orang. 

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga dari Tiga Generasi, Ayoe Sutomo, berpendapat bahwa sebuah sikap seperti itu dibutuhkan dalam sebuah relasi yang sehat. 

"Di awal-awal seperti dikasih lihat kalau Hong Banjang (Hong Du-sik) yang menjadi support of emotion Hye-jin. Ternyata ke belakang justru sebaliknya. Suka banget gaya komunikasi dalam relasi yang dipunya Hye-jin. Penuh dengan dengan clarity, jelas maunya apa, dan tidak kaku. Mau kasih waktu karena dia melihat pasangannya butuh waktu, tapi di sisi lain, dia punya sikap 'Jangan lama-lama, ya', karena Hye-jin karakternya digambarkan tidak suka sama hal yang tidak pasti," kata Ayoe saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambugan telepon pada Minggu, 17 Oktober 2021. 

Ayoe, mengatakan, sikap Hye-jin merupakan pondasi untuk sebuah relasi yang baik. Di sisi lain, cara Hye-jin menghargai Du-sik dengan tidak mendorong pria tersebut untuk cerita tentang masa lalunya perlu diapresiasi.

Sebab, tidak gampang bagi seseorang dengan trauma yang begitu dalam untuk mau jujur dan terbuka mengenai hidupnya. Sampai pada akhirnya Du-sik mau terbuka, itu juga butuh keberanian yang besar.

"Mungkin buat orang lain, cerita sekadar cerita. Akan tetapi orang yang memedam sebuah trauma tertentu, kemudian dia mau terbuka dan mau menceritakan masalahnya dengan detail. Membuka luka itu , sesuatu yang menutuku patut diapresiasi juga," katanya.

"Wah, itu big step banget sih kalau melihat perjalanan seseorang yang punya trauma, akhirnya mau membukanya, mau cerita, dan terbuka tentang perasaan-perasaannya, apa yang dia rasa saat itu sampai saat ini," Ayoe menambahkan.

Menurut Ayoe, salah satu komponen yang membuat relasi kuat adalah berbagi perasaan,"Nah, harusnya, prognosisnya, relasinya lebih kuat karena berbagi perasananya tidak hanya satu arah.".

Selama ini, hanya Hye-jin yang dengan lapang dada menceriakan masa lalunya. Sementara Du-sik memilih menahan perasaannya karena adanya trauma sehingga muncul sebuah ketakutan. 

"Kesediaan masing-masing orang untuk berbagai perasaannya dia, berbagi apa yang dia pikir dan dia rasa, sampai tahapan terdalamannya (ini yang terjadi kemarin), itu pondasi terbaik untuk sebuah hubungan," katanya.

"Dan yang dilakukan Hye-jin tepat banget. Dia mau memvalidasi. Maksudnya, Hong Banjang butuh orang yang memvalidasi bahwa 'Lu enggak salah, kok'," Ayoe menambahkan.

Pentingnya Komunikasi dan Kepercayaan

Momentum tersebut terlihat saat Du-sik bercerita tentang kakeknya. Sampai Hye-jin akhirnya mengatakan untuk tidak menyalahkan diri sendiri atas kematian kakeknya. Sebab, banyak variabel di dunia ini yang membuat satu hal dapat terjadi.

"Nah, itu keren. Kadang kala orang dengan masalah bertubi-tubi dan masalahnya itu berat, kemudan memukul rata ke seluruh aspek kehidupannya dia itu bahwa orang dia sayang bakal meninggalkannya, enggak siap berhubungan karena takut pasangannya akan pergi," katanya.

"Di satu sisi butuh orang yang secara intens memberikan valdiasi terhadap perasaan bahwa itu enggak benar. Jangan berpikiran seperti, itu engak tepat," Ayoe menekankan.

Lebih lanjut Ayoe, mengatakan, ada kala seseorang dengan trauma yang mendalam butuh support system kuat untuk menguatkannya.

Sebab, orang dengan trauma, akan mengalami perasaan naik dan turun di sepanjang hidupnya.

"Kehadiran Hye-jin cukup supportif dengan pemikirannya yang cukup dewasa dan logis dan rasional, itu bisa banget untuk kemudian menjadi salah satu support system terbaik untuk melewati masalah dan problemnya serta tahap demi tahap keluar dari traumanya tersebut," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya