Peneliti Kembangkan Obat Baru untuk Penyakit Kencing Nanah

Peneliti akan mengembangkan obat baru untuk penyakit Gonorrhoea (kencing nanah), jenis penyakit kelamin yang menular yang saat ini masih sulit diobati.

oleh Liputan6 diperbarui 11 Jan 2013, 07:47 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2013, 07:47 WIB
obat130110c.jpg
Menurut penelitian baru-baru ini di Kanada, penyakit kelamin gonorrhoea atau kencing nanah menjadi semakin resisten terhadap antibiotik yang tersedia, termasuk antibiotik terakhir yang digunakan untuk mengobati bakteri.

Dalam sebuah studi yang diikuti 300 orang yang terinfeksi Neisseria gonorrhoeae, para peneliti menemukan tingkat kegagalan dalam pengobatan, seperti dilansir News24, Jumat (11/1/2013)

Gonorrhea adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).

Gonorrhea bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, Gonorrhea bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

Hampir 7 persen orang yang diobati dengan cefixime, antibiotik terakhir yang tersedia untuk gonorrhoeae.

"Gonorrhoeae adalah bakteri yang fenomenal dalam kemampuannya untuk bermutasi dengan cepat, dan kita tidak lagi memiliki pilihan untuk menyembuhkannya," kata penulis studi Dr Vanessa Allen, seorang ahli mikrobiologi medis dengan Kesehatan Masyarakat Ontario di Toronto.

"Kita harus mulai berpikir tentang bagaimana memberikan antibiotik untuk menyembuhkan penyakitnya," katanya

"Kami beruntung, untuk beberapa waktu, kami memiliki perawatan untuk gonorrhoeae yang sederhana, murah dan efektif, dalam dosis tunggal," jelas Dr Robert Kirkcaldy, Ahli epidemiologist dengan US Centers for Disease Control and Prevention.

"Tapi sekarang kita sudah kehabisan pilihan pengobatan, dan ada kemungkinan kalau gonorrhoeae tidak akan bisa diobati. Ini adalah krisis kesehatan masyarakat yang serius di dunia," jelasnya.

The Center for Injury Prevention and Control (CDC) begitu khawatir kalau badan tersebut mengeluarkan rekomendasi pengobatan baru untuk Agustus tahun lalu. CDC menyarankan dokter untuk berhenti menggunakan cefixime dalam mengobati gonorrhoeae.

Sebagai gantinya, pasien bisa menggunakan antibiotik ceftriaxone suntik. Ceftriaxone merupakan antibiotik yang memiliki kandungan sama seperti cefixime.

CDC juga telah merekomendasikan dokter untuk memonitor pasien agar mereka bisa memastikan kalau pengobatan ini bekerja.

"Gonorrhoeae merupakan infeksi yang sangat umum dilaporkan di Amerika Serikat. Lebih dari 320.000 kasus terjadi pada tahun 2011. Para ahli menduga kalau sebenarnya jumlah infeksi jumlahnya mendekati 700.000 karena infeksi ini sering tidak memiliki gejala khusus," kata Kirkcaldy.

Jika tidak diobati, Gonorrhoeae dapat menyebabkan kemandulan baik pada pria maupun wanita dan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap HIV.

Hal ini dapat menyebabkan penyakit radang panggul, yang membuat jaringan pada saluran reproduksi wanita  menjadi berisiko mengalami kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim).

Menurut CDC, Gonorrhoeae pada wanita tidak dapat diobati. terutama pada wanita hamil  yang dapat menyebabkan infeksi mata atau bahkan kebutaan pada bayi baru lahir.

"Gonorrhoeae juga tahan terhadap sulfonamid, penisilin, tetrasiklin, dan fluoroquinolones," menurut Kirkcaldy.

Peneliti di Jepang mulai melihat resistensi dari cefixime akibat mengkaji hampir 300 kasus infeksi gonorrhoeae.

Dari sampel itu, 133 kasus akan diuji ulang. Sembilan orang (6,8%) yang ditemukan tahan dengan cefixime. Mengingat kalau cefixime dan Ceftriaxone itu dari antibiotik yang sama, Allen mengatakan kalau ceftriaxone adalah alternatif pengobatan pasien.

"Kita perlu mencegah penyakit gonorrhoeae ini. Dan itu berarti kita sangat membutuhkan pilihan pengobatan baru," katanya.

"Kita perlu penelitian dan investasi untuk mengembangkan obat baru dan kombinasi obat baru," tambahnya.

Para peneliti tidak berhenti menyarankan untuk siapapun agar menggunakan kondom secara konsisten dan benar. Bicaralah dengan dokter Anda tentang penyakit berbahaya akibat berhubungan intim untuk mengurangi kemungkinan penyakit Anda menular ke pasangan.

Hasil dari studi ini diterbitkan tanggal 9 Januari di Journal of American Medical Association. (FIT/IGW)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya