Liputan6.com, Washington, DC - Tabrakan helikopter Black Hawk Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) dan pesawat American Airlines pada Rabu (29/1/2025) menewaskan 67 orang di kedua jenis alat angkut udara tersebut. Demikian dikonfirmasi pejabat terkait pada Kamis (30/1), menandai kecelakaan penerbangan paling mematikan di negara itu dalam hampir seperempat abad.
Otoritas sedang menyelidiki tindakan pilot militer dan melaporkan bahwa pengatur lalu lintas udara saat kejadian bekerja dalam kondisi yang "tidak normal".
Advertisement
Baca Juga
Setidaknya 28 jenazah ditemukan di Sungai Potomac yang beku setelah helikopter diduga memasuki jalur pesawat jet yang sedang mendarat di Bandara Nasional Ronald Reagan. Pesawat tersebut mengangkut 60 penumpang dan empat awak, sementara helikopter membawa tiga tentara.
Advertisement
Menurut laporan Badan Penerbangan Federal AS (FAA), yang diperoleh oleh The Associated Press (AP), satu petugas pengatur lalu lintas udara bertugas untuk posisi yang biasanya dibagi antara dua orang di menara pengendali ketika kecelakaan terjadi.
"Konfigurasi posisi saat itu tidak normal untuk waktu dan volume lalu lintas yang ada," bunyi laporan tersebut seperti dikutip dari AP, Jumat (31/1).
Presiden Donald Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih menyatakan bahwa tidak ada yang selamat.
"Kami kini beralih dari operasi penyelamatan ke operasi pencarian," kata John Donnelly, kepala pemadam kebakaran di ibu kota AS.
Pesawat ditemukan terbalik dalam tiga bagian di perairan setinggi pinggang, sementara petugas terus mencari di area sekitar Potomac hingga sejauh Jembatan Woodrow Wilson, sekitar 4,8 kilometer ke selatan bandara. Puing-puing helikopter juga telah ditemukan.
Pihak berwenang menyatakan bahwa kondisi cuaca saat pesawat tiba dari Wichita, Kansas, sangat jelas.
"Saat mendekati Bandara Reagan, pesawat tersebut bertabrakan dengan pesawat militer dalam pendekatan yang seharusnya normal," kata CEO American Airlines Robert Isom.
Seorang pejabat tinggi penerbangan Angkatan Darat mengatakan bahwa kru Black Hawk "sangat berpengalaman" dan sudah terbiasa dengan padatnya lalu lintas udara yang sering terjadi di sekitar Washington.
"Kedua pilot sudah terlatih di rute ini sebelumnya, termasuk pada malam hari. Ini bukan hal baru bagi mereka," kata kepala staf penerbangan Angkatan Darat Jonathan Koziol.
Helikopter, kata Koziol, memiliki batas ketinggian maksimum 200 kaki di atas permukaan tanah saat kecelakaan terjadi. Meskipun belum jelas apakah helikopter melebihi batas tersebut, Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengatakan bahwa ketinggian helikopter kemungkinan menjadi faktor tabrakan.
Koziol menekankan penyidik perlu menganalisis data penerbangan sebelum dapat menarik kesimpulan mengenai ketinggian.
"Kedua pesawat memiliki perekam data yang akan memberikan informasi tersebut setelah kami memulihkannya, untuk menyajikan kita kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi," ungkap Koziol.
Respons Gegabah Trump
Trump membuka konferensi pers dengan mengheningkan cipta untuk menghormati para korban, menyebut peristiwa itu sebagai "saat penuh kesedihan" bagi AS.
Namun, sebagian besar waktu konferensi persnya dihabiskan Trump untuk menyalahkan pihak lain secara politik, mengkritik kebijakan pemerintahan mantan Presiden Joe Biden, dan upaya keberagaman di FAA yang dia klaim menyebabkan penurunan standar — meskipun dia mengakui penyebab kecelakaan masih belum jelas.
Tanpa bukti, Trump menyalahkan pengatur lalu lintas udara, pilot helikopter, dan kebijakan Partai Demokrat di badan federal. Dia menuduh FAA secara aktif merekrut pekerja dengan gangguan intelektual berat, masalah kejiwaan, dan kondisi mental dan fisik lainnya dalam upaya keberagaman dan inklusi.
Penerbangan di Bandara Nasional Ronald Reagan dilanjutkan sekitar tengah hari pada Kamis waktu setempat.
Menteri Transportasi Sean Duffy, yang baru saja dilantik awal pekan ini, mengatakan ada indikasi awal tentang apa yang terjadi, namun dia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
Â
Advertisement
Kecelakaan Paling Mematikan Sejak November 2001
Tabrakan helikopter-pesawat American Airlines yang terjadi pada Rabu malam ini adalah yang paling mematikan di AS sejak 12 November 2001, ketika sebuah pesawat American Airlines jatuh ke area permukiman di Belle Harbor, New York, tidak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional John F. Kennedy, menewaskan 260 orang di dalam pesawat.
Kecelakaan fatal besar terakhir yang melibatkan maskapai komersial AS terjadi pada 2009 dekat Buffalo, New York. Semua orang yang berada di dalam pesawat Bombardier DHC-8 itu tewas, bersama dengan satu orang di darat, sehingga total korban jiwa mencapai 50 orang.
Di antara penumpang pesawat American Airline yang nahas pada Rabu terdapat sekelompok atlet skating, pelatih, dan keluarga mereka yang sedang kembali dari kamp pengembangan yang diadakan setelah Kejuaraan Skating AS di Wichita.
Dua pelatih di antaranya, Evgenia Shishkova dan Vadim Naumov, diidentifikasi oleh Kremlin sebagai skater asal Rusia yang memenangkan gelar juara dunia pasangan pada 1994 dan berkompetisi dua kali di Olimpiade. Klub Skating Boston menyebut mereka sebagai pelatih, sementara putra mereka, Maxim Naumov, adalah seorang skater kompetitif yang mewakili AS.
FAA menyebutkan bahwa kecelakaan terjadi sebelum pukul 21.00 waktu setempat di salah satu wilayah udara yang paling ketat dikendalikan dan dipantau di dunia, lebih dari 4,8 km di selatan Gedung Putih dan Capitol.
Pesawat American Airlines Penerbangan 5342 yang hendak mendarat di Bandara Nasional Ronald Reagan pada ketinggian sekitar 122 meter dan kecepatan sekitar 140 mph (225 kph), menurut data dari transponder radio pesawat tersebut, menurun dengan cepat di atas Potomac. Pesawat jet Bombardier CRJ-700 buatan Kanada yang diproduksi pada tahun 2004 ini bisa membawa hingga 70 penumpang.
Beberapa menit sebelum mendarat, pengatur lalu lintas udara meminta pesawat komersial tersebut mendarat di Runway 33 yang lebih pendek dan pilot mengonfirmasi bahwa mereka siap. Kemudian, pesawat tersebut diberikan izin untuk mendarat di Runway 33. Situs pelacak penerbangan menunjukkan pesawat menyesuaikan pendekatannya menuju landasan yang baru.
Kurang dari 30 detik sebelum kecelakaan, seorang pengatur lalu lintas udara bertanya kepada helikopter apakah pesawat yang sedang mendarat sudah terlihat. Beberapa detik kemudian, pengatur lalu lintas udara kembali memberi perintah lewat radio, "PAT 25, pass behind the CRJ" atau jika diartikan "PAT, lewati belakang CRJ."
Tidak lama setelah itu, kedua pesawat tersebut bertabrakan.
Â
Â
Â
Â