Hasil Lab PCR Smartcolab Kini Terafiliasi dengan Pedulilindungi

Bersama dengan lebih dari 700 Lab di seluruh Indonesia, Smartcolab telah terafiliasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam sistem NAR dan juga Pedulilindungi.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mar 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2022, 07:00 WIB
FOTO: Lonjakan Kasus COVID-19 di Luar Jawa - Bali
Warga menjalani tes PCR COVID-19 di Puskesmas Cipadu, Tangerang, Banten, Selasa (22/2/2022). Kasus COVID-19 di Jawa-Bali perlahan-lahan menurun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bersama dengan lebih dari 700 Lab di seluruh Indonesia, tes PCR dari Smartcolab kini telah terafiliasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam sistem NAR dan juga Pedulilindungi.

NAR atau New All Records adalah big data yang dimiliki oleh Kemenkes yang mencakup data-data terkait COVID-19. PeduliLindungi di sisi lain adalah aplikasi yang dapat diunduh oleh semua masyarakat Indonesia untuk dipergunakan salah satunya adalah dalam mengakses fasilitas publik di masa pandemi.

"PeduliLindungi telah berhasil menjadi alat yang dapat membantu masyarakat untuk dapat mengakses hasil tes swab PCR ataupun antigen dari lab yang terafiliasi dengan pemerintah. Dan kini, Smarcolab bersama dengan pemerintah, memfasilitasi masyarakat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan terkait hasil lab PCR ataupun antigen di aplikasi PeduliLindungi, yang kemudian informasinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari,” ucap Direktur Smartcolab, Sari W. Pramono dalam keterangan pers, Kamis (4/2/2022).

Dengan menjadi lab rekanan pemerintah, Smartcolab dipercaya memberikan hasil yang akurat pada hasil tes yang dijalani pasien,” lanjut Sari W. Pramono.

Dalam prosesnya, pasien yang memerlukan hasil lab PCR bisa mendapatkannya dengan datang ke Smartcolab. Setelah melakukan tes, patugas Smarcolab kemudian akan memasukan data pasien ke dalam sistem NAR sebagai laporan ke Kementerian Kesehatan bila ada data harian yang positif.

Smartcolab kemudian juga memasukan data pasien ke platform PeduliLindungi, agar pasien dapat mempergunakan hasil lab untuk keperluan lebih lanjut.

 

Penggunaan aplikasi Pedulilindungi

Aplikasi Pedulilindungi sudah menjadi bagian dari keseharian selama masa pandemi COVID-19 berlangsung. PeduliLingdungi menjadi alat yang dapat membantu pemerintah untuk mengetahui tren COVID-19 yang terjadi di masyarakat.

Sedangkan bagi masyarakat sendiri, Pedulilindungi menjadi alat yang dapat memberikan informasi terkait zona merah COVID-19 yang perlu dihindari, sekaligus menjadi alat untuk mengakses banyak layanan publik seperti memasuki bandara, pusat perbelanjaan, memperoleh sertifikat vaksin, sampai mendapatkan obat gratis bagi isoman mandiri.

Sejak 22 Februari 2022 lalu, PeduliLindungi juga melakukan penyederhanaan exit tes PCR dari yang sebelumnya harus dilakukan dua kali (pada H+5 dan H+6) menjadi hanya satu kali (pada H+5). Jika exit test PCR negatif pada H+5, maka status di PeduliLindungi akan secara otomatif berubah menjadi hijau. Atau, bila pasien tidak melakukan swab PCR pada H+5 sampai H+10, maka warna pada Pedulilindungi otomatis berubah menjadi hijau.

Perubahan ini tentu memudahkan masyarakat yang sebelumnya banyak mengalami gangguan terkait status warna di PeduliLindungi yang tak kunjung berubah dari warna hitam menjadi hijau. Padahal hasil tes PCR berikutnya menunjukkan hasil negatif.

Seperti diketahui, ada empat warna di PeduliLindungi yang mencerminkan status penggunanya, yaitu hijau, kuning, merah, dan hitam. Warna merah dan hitam menandakan bahwa pengguna memiliki akses terbatas ke fasilitas publik.

Warna merah berarti bahwa pengguna belum divaksin, sementara warna hitam berarti pengguna adalah penderita COVID-19 atau memiliki riwayat kontak erat atau baru tiba di luar negeri. Warna kuning, di sisi lain menandakan bahwa pengguna telah divaksinasi, namun baru mendapatkan dosis pertama.

Warna hijau pada barcode PeduliLindungi merupakan status aman bagi pemiliknya. Warna hijau artinya pengunjung sudah melakukan vaksinasi dosis lengkap dan diperbolehkan masuk tempat umum.

 

Cek lab yang terafiliasi

Perlu diingat, bahwa hasil lab yang diakui untuk menyatakan pengguna positif atau negative dari COVID-19 adalah hasil lab swab PCR, bukan antigen. Masyarakat juga tidak perlu panik bila tidak mendapatkan hasil lab yang dilakukan di aplikasi Pedulilindungi.

Untuk memastikan ada tidaknya hasil lab, pengguna dapat mengecek kembali di laman pedulilindungi dan memasukkan NIK pada kolom yang tertera.

Bila hasil lab tidak ditemukan, ada kemungkinan lab tersebut belum terafiliasi oleh Pedulilindungi. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk memilih lab yang sudah bekerja sama dengan pemerintah dan terafiliasi dengan PeduliLindungi seperti Smartcolab sebelum melakukan tes PCR atau antigen yang diperlukan.

Dengan meningkatnya kasus Omicron beberapa waktu belakangan ini, masyarakat diharapkan juga untuk tetap waspada, dan melakukan tes setiap kali merasakan gejala COVID-19. Tren peningkatan ini juga terlihat dari semakin ramainya orang yang datang ke lab Smartcolab setiap harinya.

“Untuk menangani lonjakan yang meningkat, Smartcolab membuka sistem “buka tutup” demi menjaga keakuratan hasil PCR. Kegiatan sterilisasi juga rajin dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi. Dengan upaya yang dilakukan, diharapkan kualitas pelayanan yang dilakukan Smartcolab dapat terus terjaga,” tutup Sari W. Pramono.

Infografis Manfaat Tes Usap Rapid Antigen dan PCR. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Manfaat Tes Usap Rapid Antigen dan PCR. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya