Si Kecil Derita Miopi atau Mata Minus, Usia 40 Berisiko Alami Katarak

Katarak dapat terjadi dengan cepat bila sejak kecil menderita miopi atau mata minus

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 17 Mar 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2022, 15:00 WIB
Ilustrasi Anak Pakai Kacamata
Ilustrasi anak pakai kacamata. (dok. Pixabay.com/LichDinh)

Liputan6.com, Jakarta - Tingginya angka penderita miopi atau mata minus yang dimulai dari usia pra sekolah sudah sepatutnya untuk dikendalikan. Orangtua pun tidak boleh abai akan hal ini. 

Orangtua perlu tahu bahwa anak-anak yang di masa pra sekolah sudah menderita mata minus, besar kemungkinan akan menjadi pasien katarak saat menginjak usia 40 atau 50.

Penjelasan itu disampaikan spesialis mata subspesialis bedah katarak & refraktif JEC Eye Hospitals & Clinics, DR Dr Vidyapati Mangunkusumo SpM(K) dalam sebuah webinar pada Rabu, 16 Maret 2022.

"Biasanya, usia ini adalah usia yang kritis (karena) mereka mencapai puncak kariernya," kata Vidyapati.

Katarak, lanjut dia, menyebabkan pasien menjadi sulit untuk membaca dan bekerja.

"Sehingga umur merupakan suatu prioritas untuk diperhatikan dalam menangani masalah katarak," katanya.

 

Katarak Sebabkan Kebuataan

anak berkacamata
copyright Pixabay

Katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Secara global, dari 1,1 miliar orang dengan gangguan penglihatan dan sekitar 100 juta orang menyandang katarak.

Bahkan, kata Vidyapati, sebanyak 17 juta di antaranya sampai alami kebutaan.

Sementara di Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) menyebut bahwa pada 2017 terdapat delapan juta orang dengan gangguan penglihatan. Termasuk 1,6 juta kasus kebutaan.

Menurut Vidyapati, dari angka kebutaan tersebut, sekitar 1,3 juta atau 81,2 persen diakibatkan katarak.

 

 

Dampak Kebutaan

Jenis Lensa Kacamata
Jenis Lensa Kacamata (Sumber: Pixabay)

Selain dampak kesehatan, gangguan penglihatan berpengaruh besar pada ekonomi. Analisis Lancet Global Health Commissionon Global EyeHealth mendapati bahwa gangguan penglihatan menyebabkan kerugian produktivitas setara USD 410.7 miliar per tahun.

"Individu dengan gangguan penglihatan, apalagi yang buta, lebih berisiko kehilangan kesempatan untuk bekerja dan menjalankan aktivitas ekonomi," katanya.

Tidak hanya itu, mereka juga bisa terkendala dalam membaca dan belajar, sampai risiko yang fatal karena kesulitan berkendara. 

Oleh sebab itu, kesehatan mata sangat relevan dan berpengaruh kuat dalam perwujudan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan PBB.

"Untuk mendukung itu, ketersediaan layanan kesehatan mata yang memadai dan mumpuni sangatlah krusial. Tak kalah penting, perkembangan keilmuan secara terus menerus guna meningkatkan kualitas penanganan terhadap gangguan penglihatan, khususnya di Indonesia," ujarnya.

Infografis 5 Cara Jaga Kesehatan Mata Era Daring Selama Pandemi Covid-19

Infografis 5 Cara Jaga Kesehatan Mata Era Daring Selama Pandemi Covid-19
Infografis 5 Cara Jaga Kesehatan Mata Era Daring Selama Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya