Menkes Budi Tekankan Bangun Manufaktur Vaksin Berbasis Lokal di ASEAN

Manufaktur vaksin berbasis lokal perlu dibangun di ASEAN.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 06 Jun 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2022, 15:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers "15th ASEAN Health Ministers Meeting and Related Meetings" di Hotel Conrad, Nusa Dua Bali pada Sabtu, 14 Mei 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Bali Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menekankan urgensi dibangunnya manufaktur vaksin berbasis lokal (local-based manufacturing) di Negara-negara Anggota ASEAN. Upaya ini demi mempersiapkan pandemi di masa depan.

Pembangunan manufaktur vaksin berbasis lokal merupakan bagian dari ketahanan atau resiliensi kesehatan. Pada masa pandemi COVID-19 terkendali, setiap negara harus kembali memperkuat infrastruktur dalam merespons outbreak.

“Untuk membangun resiliensi di kawasan yang sama, dengan entitas kita yang sama, sekarang kan, istilahnya ada kerjaan yang bisa dilakukan secara peace time (masa damai, pandemi terkendali) dan ada kerjaan yang dilakukan saat war time (masa pandemi),” beber Budi Gunadi menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat konferensi pers "15th ASEAN Health Ministers Meeting and Related Meetings" di Hotel Conrad, Nusa Dua Bali, ditulis Senin (6/6/2022).

“Kalau pandemi kan lagi ‘perang’ tentu berbeda dengan sebelum perang. Sebaiknya memang sebelum pandemi terjadi, ada yang bisa kita lakukan, sehingga ketika pandemi terjadi kita udah siap. Jadi, yang kita lakukan during peace time is much more important than what we do at war time (selama masa damai jauh lebih penting ketimbang yang kita lakukan saat perang).”

Ketika resiliensi sudah dibangun, maka tatkala pandemi suatu waktu terjadi, respons negara menghadapi kondisi darurat dapat tertangani lebih baik.

Apalagi dalam pembelajaran pandemi COVID-19, seluruh dunia panik menghadapi kedaruratan, seperti kekurangan oksigen, akses obat-obatan menipis, dan Alat Pelindung Diri (APD) yang dikenakan tenaga kesehatan (nakes) terbatas.

“Kalau resiliensi sudah kita bangun, maka pada saat war time, kita bagus. Salah satunya ya capability vaccine–kemampuan memproduksi dan mengakses vaksin,” lanjut Budi Gunadi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perkuat Protokol Kesehatan dan Surveilans

Rapid Test Antigen Acak Diterapkan di Kawasan Puncak Bogor
Petugas kesehatan bersipa melakukan rapid tes antigen di kawasan Pasar Cisarua, Bogor, Jumat (12/2/2021). Tes cepat antigen oleh petugas gabungan Satgas Covid-19 itu dilakukan secara acak untuk antisipasi penyebaran COVID-19 dari wisatawan di kawasan Puncak Bogor. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dalam menghadapi pandemi, menurut Budi Gunadi Sadikin, ada empat strategi yang dilakukan. Strategi yang dimaksud bukan persoalan pemenuhan vaksin saja, melainkan penguatan protokol kesehatan dan surveilans.

“Strateginya enggak hanya vaksin saja. Yang paling penting bagaimana protokol kesehatannya, kita disiplin protokol kesehatan pakai masker.  Kemudian yang kedua, surveilans supaya bagus.  Ketiga, vaksinasi, keempat pengobatan atau terapeutik,” paparnya.

“Untuk health system resilience (resiliensi sistem kesehatan), jadi kesiapan kita sebelum perang terjadi harus kita jaga. Protokol kesehatan mesti kita persiapkan. Lalu bagaimana soal penularan, apakah menular lewat makanan, menular lewat udara atau bagaimana.”

Selanjutnya, yang perlu dipertimbangkan bagaimana surveilans. Terlebih, Indonesia dengan sebaran pulau dan dipisahkan laut, diperlukan pertimbangan cara surveilans dan deteksi yang akurat dan cepat termonitor.

“Dipikirkan juga bagaimana kalau virusnya terdeteksi di Papua atau Aceh. Nah, bisa enggak tuh dideteksi dengan alat yang ada. Kemudian bagaimana kita mendeteksi surveilansnya supaya bagus, tidak menyebar ke daerah-daerah lain,” terang Menkes Budi Gunadi.

“Terutama vaksinasi yang sudah ada itu mesti cepat. Vaksin harus bisa diakses, pabriknya ada atau enggak dan obat-obatan atau terapeutik mampu terpenuhi enggak. Jadi, empat strategi ini harus ada.”

Tingkatkan Kapasitas Penelitian

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin selaku Chairman Menteri Kesehatan se-ASEAN memimpin "15th ASEAN Health Ministers Meeting and Related Meetings" di Hotel Conrad, Nusa Dua Bali pada Sabtu, 14 Mei 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Di hadapan para Delegasi ASEAN, Menkes Budi Gunadi Sadikin menekankan alih teknologi terkait peningkatan kapasitas terapeutik dan diagnosis di Negara-negara Anggota ASEAN. Alih teknologi juga diperlukan. 

“Kita harus membangun manufaktur vaksin berbasis lokal, terapeutik, dan diagnostik di Negara-negara Anggota ASEAN. Untuk tujuan ini, kita harus mendorong alih teknologi dan meningkatkan kapasitas kemampuan masing-masing Negara Anggota ASEAN,” imbuhnya.

“Utamanya, dalam penelitian dan pengembangan dengan memanfaatkan mitra yang dikembangkan keahlian dan pengetahuan sembari mempromosikan kemitraan publik dan swasta.”

Sejalan di tingkat ASEAN, dalam Presidensi G20 2022, Indonesia turut menggaungkan pengembangan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan, persiapan, dan respons terhadap krisis kesehatan yang akan datang. Hal ini terkait pengembangan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan persiapan dalam merespons krisis kesehatan yang akan datang.

“Adanya pertemuan G20 memungkinkan pengembangan yang lebih cepat terhadap penemuan vaksin mRNA dan juga vaksin yang lebih murah, aman, untuk merespon suatu kondisi pandemi,” kata Sekretaris Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (23/3/2022).

Akan tetapi saat ini pengembangan vaksin mRNA hanya terjadi di negara-negara maju. Untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya, setiap negara harus memiliki akses yang setara terhadap vaksin, terapeutik dan diagnostik.”

Solidaritas Dukung Alokasi Vaksin

FOTO: Vaksinasi Anak Sekolah Dasar di Tangerang Selatan
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada siswa di SDN 02 Ciater, Tangerang Selatan, Selasa (14/12/2021). Mulai Hari ini, 11 provinsi di Indonesia secara serentak melaksanakan vaksinasi COVID-19 dengan sasaran anak berusia 6 hingga 11 tahun. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menurut Siti Nadia Tarmizi, praktik terbaik sangat dibutuhkan pada masa pandemi untuk memperkuat jaringan kolaborasi dan jejaring antar para ahli, dan antar ilmuwan pada sektor kesehatan masyarakat.

“Maka, menjadi sangat penting untuk menetapkan suatu perusahaan manufaktur regional dan pusat sebagai kolaborasi riset. Tanpa ada komitmen politik yang kuat untuk membangun sistem kesehatan global yang lebih kuat, negara akan mengalami kesulitan untuk keluar dari situasi sulit sebagai dampak pandemi COVID-19,” tegasnya.

Menkes Budi Gunadi Sadikin menuturkan, Aristoteles percaya bahwa manusia diciptakan untuk saling bekerja sama. Ia menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia bergantung satu sama lain dan saling belajar untuk menggabungkan kekuatan, membuat kesepakatan, dan berkomitmen untuk tujuan yang lebih besar dari diri kita sendiri.

“Saya belajar bahwa pandangannya sejalan dengan tujuan pembentukan ASEAN. Lebih dari 50 tahun lalu, ASEAN dibentuk untuk menggabungkan kekuatan di seluruh anggotanya dengan harapan dan visi mempromosikan masa depan yang lebih baik dan damai,” tuturnya.

“Melalui pemahaman bersama dan kerja sama di kawasan, ASEAN sebagai komunitas telah mencapai rekor yang mengagumkan dalam melestarikan harmoni di salah satu bagian dunia yang paling beragam. Kami juga memiliki kolaborasi yang kuat untuk mengatasi pandemi COVID-19.” 

Kolaborasi ikut mendorong solidaritas Negara Anggota ASEAN, termasuk melalui dukungan alokasi vaksin. Ini mencerminkan sepenuhnya merangkul no one is safe until everyone is (tidak ada yang aman sampai semua orang aman).

“Pada catatan ini, Indonesia menyoroti semua orang di kawasan ini, terutama yang paling kelompok rentan dan terpinggirkan memiliki akses yang cepat dan setara terhadap keamanan dan kesehatan dan vaksin yang berkualitas,” ucap Menkes Budi Gunadi.

“Indonesia juga ingin menekankan kembali kebutuhan kemitraan inklusif untuk mendukung upaya vaksinasi di tingkat nasional, khususnya dalam keadaan darurat.”

Infografis Jangan Sia-Siakan Vaksin Covid-19 Keburu Kedaluwarsa
Infografis Jangan Sia-Siakan Vaksin Covid-19 Keburu Kedaluwarsa (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya