Ghana Konfirmasi Kasus Pertama Virus Marburg, 2 Orang Meninggal Dunia

Virus Marburg menyerang Ghana dan telah menelan korban jiwa sebanyak dua orang

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 19 Jul 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2022, 12:00 WIB
Mengenal Virus Marburg Mirip Ebola yang Sebabkan Kematian di Afrika Barat
WHO temukan kasus virus Marburg mirip Ebola dengan rasio kematian hingga 88 persen. (pexels/edward jenner)

Liputan6.com, Jakarta Ghana mengonfirmasi dua kasus pertama dari virus Marburg yang dikenal mematikan. Penyakit ini terkenal sangat menular dan berasal dari keluarga yang sama dengan virus yang menyebabkan Ebola.

Menurut laporan, dua pasien Marburg dinyatakan meninggal dunia baru-baru ini di rumah sakit wilayah Ashanti selatan.

Sampel mereka positif pada awal bulan ini dan sekarang telah diverifikasi oleh laboratorium di Senegal.

Pejabat kesehatan di negara Afrika Barat itu mengatakan 98 orang sekarang dikarantina karena diduga kasus kontak.

Ini termasuk kerabat, petugas medis dan pekerja kamar mayat yang melakukan kontak dengan dua pasien tersebut.

Ini adalah kedua kalinya Marburg diidentifikasi di Afrika Barat. Ada satu kasus yang dikonfirmasi di Guinea tahun lalu, tetapi wabah itu dinyatakan berakhir pada bulan September, lima minggu setelah kasus itu ditemukan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mendukung otoritas kesehatan Ghana, memuji tanggapan cepat negara itu.

"Ini bagus karena tanpa tindakan segera dan tegas, Marburg dapat dengan mudah lepas kendali," kata Dr Matshidiso Moeti, direktur WHO Afrika mengutip BBC, Selasa (19/7/2022).

"Ada tim multi-disiplin di lapangan yang berusaha memastikan bahwa kami dapat menemukan sumber sebenarnya dari ini," kata Dr Patrick Kumah-Aboagye, kepala layanan kesehatan Ghana kepada BBC Focus di radio Afrika.

Pelacakan kontak dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang ketat telah diperkenalkan untuk mencegah lebih banyak kematian.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sosialisasi di Komunitas

Mengenal Virus Marburg Mirip Ebola yang Sebabkan Kematian di Afrika Barat
WHO temukan kasus virus Marburg mirip Ebola dengan rasio kematian hingga 88 persen. (pexels/polina tankilevitch).

Tim juga pergi ke komunitas untuk membuat mereka sadar akan gejalanya dan untuk memastikan mereka memberi tahu otoritas kesehatan jika ada kasus yang dicurigai muncul.

Hingga kini, belum ada pengobatan untuk Marburg - tetapi dokter mengatakan minum banyak air dan mengobati gejala tertentu meningkatkan peluang pasien untuk bertahan hidup.

Virus ini ditularkan ke manusia dari kelelawar buah dan menyebar antar manusia melalui transmisi cairan tubuh.

Mereka yang paling berisiko terinfeksi termasuk anggota keluarga dan staf rumah sakit yang merawat seseorang yang sakit.

Ini adalah penyakit parah, seringkali fatal dengan gejala termasuk sakit kepala, demam, nyeri otot, muntah darah dan pendarahan.

Pejabat Ghana memperingatkan orang-orang untuk menjauh dari gua dan memasak semua produk daging secara menyeluruh sebelum memakannya.

Di luar Afrika Barat, wabah sebelumnya dan kasus sporadis telah dilaporkan di Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan dan Uganda, kata WHO.


200 Warga Angola Meninggal

Luanda, Angola
Foto: CNBC

Virus itu menewaskan lebih dari 200 orang di Angola pada 2005, menjadikannya wabah paling mematikan yang pernah tercatat menurut badan kesehatan global itu.

Wabah Marburg pertama kali terjadi di Jerman pada tahun 1967 di mana mengakibatkan tujuh orang meninggal. Di tahun itu sempat terjadi dua wabah besar di waktu yang sama melanda Marburg, Frankfurt (Jerman), Beograd, Serbia, menjadi titik awal wabah tersebut.

Virus itu menyebabkan penyakit serius yang bisa mengakibatkan demam dan gangguan pendarahan.

Dr Matshidiso Moeti dari WHO mengatakan, virus Marburg kemungkinan berpotensi menyebar jauh lebih luas. Oleh sebab itu, upaya yang perlu dilakukan adalah menemukan orang yang terkonfirmasi positif virus Marburg agar tidak berhubungan dengan manusia lainnya.

Penyakit virus Marburg menyebabkan demam berdarah dengan rasio kematian hingga 88 persen.

Virus Marburg menyebar dari pasien ke pasien melalui kontak langsung (melalui kulit yang rusak atau selaput lendir) dengan darah, organ atau cairan tubuh lainnya dari yang terinfeksi.


Gejala Penyakit

Mengenal Virus Marburg Mirip Ebola yang Sebabkan Kematian di Afrika Barat
WHO temukan kasus virus Marburg mirip Ebola dengan rasio kematian hingga 88 persen. (pexels/cottonbro)

Kemudian dengan permukaan dan bahan (misalnya tempat tidur, pakaian) yang terkontaminasi dengan cairan. Transmisi terjadi melalui peralatan injeksi yang terkontaminasi atau melalui luka suntikan jarum.

Di samping itu, penyebaran Virus Marburg terjadi ketika upacara pemakaman yang melibatkan kontak langsung dengan jenazah almarhum yang tetap menular selama darahnya mengandung virus.

Masa inkubasi bervariasi dari 2 sampai 21 hari. Penyakit virus Marburg menyebabkan orang yang terinfeksi tiba-tiba demam tinggi diiringi sakit kepala parah dan malaise parah.

Hari berikutnya, adapun nyeri bagian lain dan nyeri otot adalah yang sering dialami pasien virus Marburg. Pada hari ketiga berupa diare berair yang parah, sakit perut, kram, mual dan muntah.

Diare pun bertahan selama satu minggu. Dimana pada fase ini, raut wajah pasien benar-benar seperti orang dilanda kesakitan dan tak mampu lagi menunjukkan ekspresi apapun.

Banyak pasien yang mengalami manifestasi perdarahan parah antara 5 dan 7 hari. Bahkan kasus yang fatal akan mengalami pendarahan terus menerus di beberapa area. Hingga darah segar dari muntahan, feses, pendarahan dari hidung, gusi, dan vagina.

Dalam kasus yang sangat serius, kematian paling sering terjadi antara 8 dan 9 hari setelah gejala yang dimulai dengan kehilangan darah yang parah dan shock.

Delirium, Gejala COVID-19, Gejala Baru COVID-19, Gejala Covid, Gejala Baru Covid
Infografis yang menyebut bahwa delirium merupakan gejala baru dari COVID-19, penyakit yang disebabkan Virus Corona SARS-CoV-2, tersebar di media sosial dan grup WhatsApp. (Sumber: Istimewa)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya