Â
Liputan6.com, Tangerang Menilik betapa pentingnya peran otak, masyarakat diminta harus lebih sadar akan efek kesehatan otak dan memulai upaya pencegahan agar organ ini tak mengalami gangguan, termasuk pikun saat tua.Â
Baca Juga
Dokter spesialis bedah Siloam Hospitals Lippo Village (SHLV), Petra Octavian P Wahjoepramono, pada momentum Hari Otak Sedunia (World Brain Day) yang jatuh setiap 22 Juli mengingatkan, agar kinerja organ otak dapat terjaga melalui stimulus saraf agar senantiasa berfungsi.
Advertisement
Menurut Petra Octavian, timbulnya penyakit pikun pada usia lanjut, disebabkan karena otak tidak mendapatkan rangsangan, termasuk di dalamnya menjaga kesehatan mental.
"Jadi otak tetap harus dirangsang agar tetap sehat. Misalnya dengan rutin membaca, melukis, berdiskusi atau menjalankan hobi yang bermanfaat dengan tujuan agar kesehatan mental tetap terjaga," tutur Petra.
Bila harus meminum obat, dr Petra menyebut, hal tersebut termasuk terapi bukan penyebab utama seseorang mengalami demensia atau kepikunan.
"Hal itu dilakukan agar otak kita tetap berfungsi dengan baik, cara terbaik adalah dengan menggunakannya obat tersebut," ungkapnya.
Â
Jaga Kesehatan Fisik dan Mental Otak
Sementara, masih memperingati Hari Otak Sedunia atau World Brain Day yang dirayakan setiap tanggal 22 Juli itu, turut dikampanyekan Siloam Hospitals Lippo Village melalui edukasi dan diskusi antar keluarga pasien atau pasien rawat pasien. Diskusi yang dikemas dengan suasana santai tersebut mampu menyita lebih dari 20 pasangan pengunjung yang hadir di area lobby rumah sakit.
Direktur Siloam Hospitals Lippo Village, dokter Jeffry Oeswadi, menyampaikan ada lima hal yang fokus dikampanyekan dalam rangka World Brain Day tahun 2022. Yakni, membangun kesadaran, bahwa kesehatan otak sangat penting untuk kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang.
Kemudian pencegahan, kebanyakan penyakit otak sebenarnya bisa dicegah. Lalu, mengadvokasi, sebab pendidikan adalah kunci kesehatan otak.
"Karena kesehatan otak itu secara khusus memang harus pemiliknya yang menjaga, baik secara fisik maupun mental. Karena para dokter hanya menjaga jika sudah terjadi gejala penyakit terkait organ otak atau dalam proses penyembuhan", tutur Jeffry Oeswadi.
Advertisement