Menkes Budi Gunadi Resmi Luncurkan BGSi, Platform Diagnosis Kesehatan dengan Genome Sequencing

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin resmi meluncurkan Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) pada Minggu 14 Agustus 2022.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Agu 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2022, 12:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin melakukan peninjauan pelaksanaan ACF (Active Case Finding/penemuan kasus secara aktif) Zero TB melalui mobile rontgent di Kalurahan Giripurwo, Kapanewon Girimulyo, Kulon Progo, Selasa (29/3/2022). (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin resmi meluncurkan Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) pada Minggu 14 Agustus 2022.

Sebelumnya, ia menyampaikan 6 jenis inisiasi transformasi kesehatan. Keenam jenis transformasi tersebut yakni transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.

BGSi sendiri merupakan bagian dari pilar keenam transformasi kesehatan bidang teknologi kesehatan.

Selama ini, untuk melihat kondisi kesehatan seseorang maka perlu dilakukan pengambilan atau periksa darah, MRI, dan CT Scan. Sedangkan melalui BGSi, kedepannya diagnosis kesehatan akan menggunakan genome sequencing

Budi mengatakan, genome sequencing bisa melihat secara benar-benar rinci yang ada di tubuh manusia, terutama terkait kondisi kesehatan.

Genome sequencing adalah metode yang digunakan untuk mengurutkan genom yang berada di organisme, seperti bakteri, virus, dan manusia. Genom adalah materi genetik yang tersusun dari DNA.

Metode genome sequencing banyak digunakan sebagai penelitian di bidang genetik dan biologi molekuler, termasuk di bidang medis untuk memahami berbagai penyakit.

“Dengan genome sequencing kita bisa melihat komponen terkecil dari makhluk hidup, tak hanya manusia tapi juga hewan dan tumbuhan yang disebut DNA dan ini bisa mengubah industri dan kehidupan manusia secara signifikan,” ujar Budi dalam peluncuran BGSi, Minggu (14/8/2022).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perawatan yang Sesuai

ilustrasi whole genome sequencing COVID-19 dan tuberkulosis
ilustrasi whole genome sequencing COVID-19 dan tuberkulosis Foto oleh RF._.studio dari Pexels

Mengingat metode yang digunakan dalam BGSi dapat melihat masalah kesehatan setiap pasien secara rinci, maka perawatan yang sangat sesuai pun bisa dilakukan.

“Jadi dengan BGSi, setiap orang bisa mendapat perawatan yang sangat sesuai (personalized) dengan penyakit atau kondisinya.”  

Budi menambahkan, ke depannya melalui BGSi ini potensi penyakit yang akan timbul di masa mendatang pun bisa dilihat.

Perbaikan teknologi membuat kemajuan cepat di bidang biomedik dan ilmu genom. Kini, genome sequencing lebih efisien dan terjangkau.

“Setiap negara ingin melakukan ini, tapi sebelumnya ini sangat-sangat mahal. Sekarang teknologi sangat mendukung dan membuatnya terjangkau sehingga Indonesia sudah bisa mulai.”

Hal ini pula yang membuat Indonesia belum memulai genome sequencing untuk berbagai penyakit sedangkan negara-negara lain sudah, lanjutnya.

BGSi penting diterapkan di Indonesia lantaran 90 persen obat-obatan tidak efektif pada 50 persen pasien. Di sisi lain, pemahaman soal genome pasien yang masih terbatas juga menjadi kendala dalam mengetahui perawatan paling sesuai.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pentingnya BGSi

Diagnosis kesehatan menggunakan genome sequencing juga penting karena koleksi bio-sampel Indonesia yang terkonsolidasi untuk digunakan dalam pengembangan obat masih kurang.

Ditambah data genomik di Indonesia juga masih minim. Padahal, data ini dapat digunakan sebagai dasar pembuatan inovasi berikutnya.

Sejauh ini, databank dan database gen paling besar ada di populasi Kaukasia. Sebetulnya, Asia menyumbang 60 persen dari populasi dunia, tapi mereka kurang terwakili dalam biobank dan database. Di sisi lain, data yang tersedia di wilayah pun tidak mudah untuk diakses.

“Genome sequencing adalah pemeriksaan yang sangat mendetail, yang dapat menunjukkan bahwa orang Asia, Kaukasia, Amerika, Korea-Amerika memiliki gen yang berbeda. Dan apapun perawatan yang diberikan kepada satu orang bisa saja tidak bekerja dengan baik pada orang lain karena setiap orang memiliki gen yang berbeda.”

Maka dari itu, Indonesia merilis BGSi, kata Budi. Ia mengatakan bahwa ini tidak akan berjalan sendiri sebagai pemain tunggal tapi akan berperan sebagai platform.

Platform Kolaboratif

BGSi didesain sebagai platform kolaboratif yang berkolaborasi dengan berbagai sektor termasuk perguruan tinggi, perusahaan internasional, hingga agensi penelitian. Tujuannya untuk membuat Indonesia melompat ke dalam era bioteknologi medis dan pengobatan presisi.

Adapun nilai yang dibangun dalam platform ini adalah:

-Memudahkan akses pada koleksi sampel yang dicatat dan dianalisa dengan baik di databank

-Menghubungkan pengobatan pasien dengan dengan data genomik

-Menyediakan referensi genom untuk populasi Indonesia.

Sebelumnya, Budi telah meninjau gedung Eijkman di Jakarta pada Senin, 1 Agustus. Dalam kunjungannya, Ia meninjau ruangan yang nantinya akan digunakan untuk penelitian genome. Terdapat Lab imunologi, Lab sel dan molekuler, ruang ekstraksi DNA, dan Lab genomik diabetes.

Tak hanya itu, Budi juga memberi saran detail terkait tata letak ruangan di gedung Eijkman.

Mesin genome sequencing saat ini hanya ada 12. Nanti akan ada sekitar 30 yang akan digunakan di rumah sakit rujukan nasional antara lain RS Kanker Dharmais, RS PON untuk stroke, RSCM untuk penyakit metabolik seperti diabetes dan ginjal, RS di Yogyakarta, kemudian RSPI untuk infeksi, dan RS Sanglah untuk aging and wellness.

Infografis Waspada Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Waspada Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya