Vaksin Cacar Monyet, Siapa Saja yang Bakal Mendapatkannya?

Ketua Satuan Tugas atau Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dokter Hanny Nilasari, SpKK mengatakan bahwa vaksin cacar monyet tidak untuk populasi massal.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Agu 2022, 13:40 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2022, 13:40 WIB
Kasus Pertama Muncul, Kemenkes RI akan Siapkan 10 Ribu Vaksin Cacar Monyet
Kemenkes RI akan siapkan 10 ribu vaksin cacar monyet untuk cegah penularan yang semakin parah. (pexels/thirdman).

Liputan6.com, Jakarta Ketua Satuan Tugas atau Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dokter Hanny Nilasari, SpKK mengatakan bahwa vaksin cacar monyet tidak untuk populasi massal. Melainkan untuk populasi kontak erat.

“Vaksin ini (cacar monyet) bisa mengakomodasi untuk seluruh populasi yang memiliki kontak erat. Vaksin cacar monyet sendiri tidak diindikasikan untuk diberikan secara massal,” kata Hanny saat ditemui di Gedung Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta Pusat, Selasa (30/8/2022).

Hanny menyampaikan ada dua jenis vaksin cacar monyet yakni post-exposure dan pre-exposure.

“Memang kami sendiri dari PB IDI sedang melakukan konsolidasi untuk memberikan rekomendasi tentunya vaksin yang terbaik untuk dipilih oleh Kementerian Kesehatan.”

Sejauh ini, lanjut Hanny, belum ada vaksin cacar monyet yang direkomendasikan karena divisi tata laksana masih akan berkonsolidasi dan memfinalisasi hasil kajiannya di pekan ini.

“Mudah-mudahan di hari Jumat saya bisa memberikan update apa yang kami rekomendasikan untuk Kementerian Kesehatan. Untuk vaksin generasi pertama tidak diindikasikan, sehingga sekarang sekarang sedang dalam kajian kami adalah vaksin generasi kedua dan ketiga.”

Dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan bahwa vaksin memang salah satu cara penanggulangan penyakit infeksi. Namun, hingga saat ini Organisasi Kesehata Dunia (WHO) belum memberi anjuran ke berbagai negara untuk mengadakan vaksinasi massal cacar monyet layaknya COVID.

"Vaksin cacar yang dulu masih dinilai efektif," kata Syahril.

 

Kasus Cacar Monyet di RI

Ketua Satuan Tugas atau Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dokter Hanny Nilasari, SpKK mengatakan bahwa vaksin cacar monyet tidak untuk populasi massal.
Ketua Satuan Tugas atau Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dokter Hanny Nilasari, SpKK mengatakan bahwa vaksin cacar monyet tidak untuk populasi massal.

Hanny juga menjelaskan bahwa sejauh ini Indonesia mencatat satu kasus konfirmasi, satu suspek, satu kasus kontak erat, dan 32 lainnya discarded cacar monyet.

“Artinya, yang satu kasus terkonfirmasi ini berdasarkan hasil penelitian atau observasi secara klinis dan pemeriksaan PCR yang sudah dilakukan. Sampai saat ini, (pasien positif) masih dalam pantauan dari dinas kesehatan.”

“Meski satu hari lalu sudah ada rilis dari Kementerian Kesehatan bahwa pasien tersebut sudah lepas dari pantauan karena memang gejalanya sudah mulai membaik.” 

Hanny menambahkan, kasus suspek dan kontak erat sudah diminta untuk menjalani isolasi mandiri. Sedangkan, pada pasien pertama cacar monyet di Indonesia, manifestasi kulit dan gejala subjektif lainnya tidak terlalu berat sehingga dimungkinkan untuk isolasi mandiri.

“Syarat dari Isolasi mandiri adalah bisa tetap menjaga bahwa dia tidak banyak berkontak dengan orang luar. Pasien juga perlu bisa memastikan bahwa dirinya bisa masuk dalam satu kamar khusus dengan kamar mandi yang khusus, kemudian ventilasinya juga baik.”

 

Kondisi Pasien Pertama Cacar Monyet

Sementara itu, Mohammad Syahril mengatakan bahwa kondisi pasien pertama cacat monyet sudah membaik.

"Alhamdulillah sudah membaik tetapi tetap isolasi," kata Syahril.

Menurutnya seseorang yang terkena cacar monyet dinyatakan sembuh jika gejala klinisnya membaik, bintil-bintil mengelupas, mengering dan diganti kulit baru, tidak ada gejala lain, dan tidak diperlukan PCR ulang.

Syahril menambahkan, keluarga pasien pertama sudah jalani tracing. Kontak erat yang terdiri dari 5 orang sudah dites dan tidak ada yang positif cacar monyet.

"Ini yang memeriksa dinas kesehatan," tambah Syahril. 

Ia juga menyinggung soal kasus suspek yang ada di Sulawesi Selatan. Menurutnya semua kasus suspek dinyatakan negatif cacar monyet.

"Kenapa disebut suspek karena gejalanya mirip cacar monyet, tetapi bukan."

Sejauh ini, Kemenkes sudah melakukan berbagai antisipasi bahkan sebelum kasus pertama terdeteksi.

"Kita sudah siap sejak awal dengan kewaspadaan edukasi dan sosialisasi di masyarakat, waspada untuk menghindari orang-orang yang ada lesi."

 

Pengetatan Pencegahan Cacar Monyet

Pengetatan terutama bagi pelaku perjalanan luar negeri dilakukan dengan pemeriksaan suhu dan melihat riwayat perjalanan.

"Pengetatan cacar monyet, berbeda dengan COVID, kalau COVID bisa antigen atau PCR. Kalau cacar monyet pengetatannya dari suhu kemudian dari dukungan riwayat perjalanan."

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengumumkan kasus pertama cacar monyet di Indonesia pada Sabtu 20 Agustus 2022.

Kasus konfirmasi monkeypox terjadi pada satu orang pria dari DKI Jakarta. Pria tersebut memiliki riwayat bepergian ke luar negeri. Ia tiba di Jakarta pada 8 Agustus 2022. Lalu, gejala baru muncul pada 14 Agustus yakni demam. Kemudian, 16 Agustus mulai muncul ruam atau lesi di telapak tangan, kaki, dan di sekitar alat genital.

 

Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet
Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya