Menkes Minta Dinkes Awasi Ketat Pemberian Obat

Dua kasus terakhir gagal ginjal akut karena anak mengonsumsi obat sirup. Menkes minta dinas kesehatan untuk memantau ketat apotek dan nakes dalam pemberian obat ke anak.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2022, 10:00 WIB
Penjelasan Menkes Budi Terkait Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat menggelar konferensi pers “Perkembangan Gangguan Ginjal Akut di Indonesia”, di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (21/10/2022). Budi sekaligus menegaskan hingga saat ini penyebab penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal masih belum dapat diidentifikasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin meminta Dinas Kesehatan provinsi hingga kabupaten/kota untuk melakukan pengawasan ketat dalam pemberian obat oleh apotek dan tenaga kesehatan. Jangan sampai anak mendapatkan obat sirup yang tidak aman.

Hal ini, Budi sampaikan mengingat dua kasus terakhir gagal ginjal akut atipikal progresif terjadi usai anak mengonsumsi obat sirup.

“Kasus baru minggu lalu terjadi di tanggal 29 Oktober dan 1 November. Itu karena pasien masih saja mengonsumsi obat sirop dari apotik," kata Budi.

"Mohon bantuan para dinkes propinsi dan kabupaten/kota untuk kontrol pemberian obat di apotik dan bidan kita. Untuk melindungi para balita kita,” lanjut Budi.

Budi menuturkan bahwa sejak keluar surat edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan pada tanggal 18 Okober 2022 untuk sementara menghentikan penggunaan obat sirop, terjadi penurunan drastis kasus gagal ginjal akut atipikal progresif.

Data yang dilaporkan dari seluruh rumah sakit di 28 propinsi, menunjukkan hasil pemeriksaan yang konsisten bahwa faktor risiko terbesar penyebab GGA adalah toksikasi dari EG dan DEG pada sirop/obat cair.

Rincian Kasus Gagal Ginjal sejak Oktober

Ilustrasi gagal ginjal akut (Istimewa)
Ilustrasi gagal ginjal akut (Istimewa)

Data Kementerian Kesehatan per 5 November 2022 menunjukkan, kasus harian gagal ginjal akut terbanyak berdasarkan tanggal timbulnya gejala, terjadi pada 22 Oktober 2022, yakni mencapai 12 anak.

Kasus harian menurun secara signifikan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan merilis daftar obat sirup atau cair yang tidak mengandung pelarut Propilen Glikol ataupun Polietilen Glikol serta aman dari cemaran Etilen Glikol (EG) maupun Dietilen Glikol pada 23 Oktober 2022.

Kasus harian gagal ginjal akut pada 24 hingga 31 Oktober tercatat menurun mulai dari 5 hingga 1 kasus per hari. Bahkan Kemenkes mencatat 0 kasus gagal ginjal akut pada 30 Oktober 2022.

Lalu, sejak 2 November hingga 5 November 2022 belum ada penambahan kasus gagal ginjal akut baru.

Per 5 November sudah terdapat 324 kasus gagal ginjal akut dimana 102 sudah sembuh, 194 meninggal dan 28 masih dalam perawatan.

 

Terapi Fomepizole Turunkan Angka Kematian

Penawar intoksikasi untuk pasien gagal ginjal akut yakni Fomepizole sudah tiba 200 vial dari Jepang. (Foto: Dok Kemenkes)
Penawar intoksikasi untuk pasien gagal ginjal akut yakni Fomepizole sudah tiba 200 vial dari Jepang. (Foto: Dok Kemenkes)

Budi juga menerangkan bahwa segala upaya terus dilakukan agar anak yang terkena gagal ginjal akut bisa sembuh. Salah satu langkahnya adalah dengan pemberian antidotum Fomepizole.

Obat Fomepizole merupakan jenis antidotum atau antidot (antidote). Antidotum adalah jenis obat penawar racun untuk keracunan senyawa Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).

Kedua senyawa tersebut berkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut. Penatalaksanaan terapi keracunan pada umumnya disebut terapi antidotum.

Setelah pemberian penawar racun tersebut, terjadi penurunan angka kematian pada anak yang terkena gagal ginjal akut.

"Kita sudah berhasil menurunkan secara drastis kasus baru dan kasus kematian," kata Menkes Budi Gunadi.

Sejak 25 Oktober 2022, distribusi dan penggunaan Fomepizole tidak hanya di RSCM. Obat penawar intoksikasi ini sudah disebar ke 17 rumah sakit di 11 provinsi di Indonesia.

Sekitar 87 persen Fomepizole yang didatangkan Kemenkes dari luar negeri bersifat donasi dari negara-negara sahabat. Diantaranya 200 vial datang dari Jepang yang merupakan donasi dari PT Takeda Indonesia serta 16 vial dari Australia. Sisanya beli dari Singapura. 

Infografis Keracunan Obat Biang Kerok Kasus Gagal Ginjal Akut Anak
Infografis Keracunan Obat Biang Kerok Kasus Gagal Ginjal Akut Anak (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya