Liputan6.com, Jakarta - Gunung Merapi kembali Erupsi pada Sabtu, 11 Maret 2023. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkap ada potensi bahaya dari sisi barat laut Gunung Merapi.
Potensi berbahaya tersebut bersumber dari kubah lava tengah dan sisi barat daya Merapi yang kini terus bertumbuh, seperti disampaikan Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso.
Baca Juga
"Ada potensi bahaya yang lain di mana pada sektor barat laut (Gunung Merapi) ini terjadi pergerakan, terjadi inflasi sehingga ini juga tetap kita ingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan," jelas Agus dalam konferensi pers virtual di Yogyakarta, dilansir Antara.
Advertisement
Agus menjelaskan, ada deformasi atau perubahan bentuk pada permukaan tubuh gunung di sisi barat laut Merapi. Perubahan tersebut terpantau selama dua tahun terakhir.
Menurut Agus, sebelumnya deformasi hanya terjadi pada lokasi dua kubah lava Gunung Merapi yakni di tengah kawah dan sisi barat daya.
"Ini sesuatu yang unik, selain unik juga berpotensi bahaya sehingga perlu kami sampaikan," ujarnya.
Laju deformasi pada sisi barat laut Merapi, kata Agus, sebesar lebih dari 15 meter dalam kurun waktu dua tahun.
Perkembangan tersebut cukup besar dibandingkan deformasi ketika menjelang erupsi Merapi pada 2006 dan 2010 yang kurang dari 4 meter, meski saat itu tejradi dalam waktu yang cepat.
"Besarnya (deformasi) 15 meter ini yang menjadi perhatian kami. Kami khawatir bahwa tebing dari puncak sebelah barat laut ini menjadi tidak stabil dan longsor," ujarnya.
Merapi Dalam Pantauan Intensif
Kondisi tebing serta laju deformasi sisi barat laut Gunung Merapi terus dipantau BPPTKG secara intensif.
"Untuk saat ini masih stabil kondisinya dan kecepatan dari deformasi juga relatif rendah, namun ini perlu kami sampaikan agar masyarakat tetap bersiap siaga," kata Agus Budi.
Berdasarkan pantauan BPPTKG hingga Minggu pukul 15.30 WIB, tercatat 54 awan panas guguran telah dimuntahkan Merapi.
Rentetan awan panas guguran itu terjadi akibat longsoran kubah lawa barat daya Gunung Merapi.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga di perbatasan Jawa Tengah dan DIY. Sementara masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya erupsi Merapi.
Guguran lava dan awan panas Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal 5 km) serta Sungai Bedog, Krasak, Bebeng (sejauh maksimal 7 km).
Advertisement
Jalur Evakuasi dan Pengungsian Erupsi Merapi
Sementara itu, Wakil Bupati Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, Danang Maharsa mengimbau masyarakat tidak terlalu panik dan tetap waspada terkait erupsi Gunung Merapi. Da memastikan jalur evakuasi di semua titik dan barak pengungsi dalam kondisi siap jika terjadi erupsi Gunung Merapi.
"Jadi evakuasi di semua titik dan juga barak pengungsian di wilayah Sleman saat ini dalam kondisi siap untuk digunakan sewaktu-waktu,” ujar Danang saat memantai kesiapan penanganan bencana di kawasan lereng Gunung Merapi, Sleman.
Selain itu, Danang menilai, masyarakat masih bisa melakukan kegiatan namun dengan tetap waspada dan mempertahankan jarak aman.
“Bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar Gunung Merapi diharapkan bisa turut aktif melaporkan perkembangan aktivitas Gunung Merapi kepada pihak yang berwenang,” tutur dia.
Sedangkan pelaku wisata, masyarakat, pelaku ekonomi juga diharapkan terus meningkatkan kewaspadaan komunikasinya dengan fasilitas apapun, baik dengan HT, HP dan lainnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Makwan menuturkan, pihaknya telah membuat rencana kontinjensi dampak erupsi ini dengan jarak sejauh 9 kilometer dari kawah Gunung Merapi.
BPBD Sleman pun telah menyiapkan sebanyak 32 titik pengungsian. Setiap padukuhan yang ada di tujuh kelurahan teratas juga telah dibekali SOP terkait skenario evakuasi jika terjadi hal yang membahayakan warga.