Liputan6.com, Jakarta - Hampir setiap orang pernah mengalami pareidolia tapi tak semuanya mengerti tentang istilah itu.
“Pareidolia merupakan ilusi yang melibatkan persepsi wajah pada benda-benda mati,” kata penulis ilmiah spesialis neuroscience dan psikologi Mary Bates, Ph.D., mengutip Psychology Today, Jumat (30/6/2023).
Baca Juga
Dengan kata lain, pareidolia adalah pandangan terhadap benda-benda yang tampak seperti wajah. Kemudian membayangkan wajah manusia, tokoh kartun, atau makhluk hidup lainnya yang mirip dengan yang tergambar di benda tersebut.
Advertisement
Contohnya, pola awan yang membentuk dua mata dan bibir atau roti hangus yang bagian hitamnya membentuk pola wajah. Ini adalah fitur umum dari sistem deteksi wajah manusia dan pengalaman manusia yang hampir universal.
Sangat Normal
Menurut psikoterapis dari University of North Carolina, Bryan E. Robinson, Ph.D, pareidolia adalah hal yang sangat normal.
“Para peneliti mengatakan fenomena yang dikenal sebagai pareidolia ini sangat normal karena kita terbiasa melihat wajah dalam segala jenis objek sehari-hari. Kecenderungan manusia untuk melihat struktur mirip wajah pada benda mati berhubungan dengan bagaimana otak kita terprogram,” kata Bryan.
Lantas kenapa fenomena pareidolia ini bisa terjadi?
Menurut peneliti di University of South Wales School of Psychology Dr. Colin Palmer, pareidolia terjadi seiring evolusi manusia.
“Untuk tujuan bertahan hidup, pikiran manusia terhubung untuk membaca informasi dari wajah orang seperti mengenali siapa mereka, apakah mereka memperhatikan kita atau apakah mereka kesal atau senang melihat kita atau berniat menyakiti.”
Pembacaan informasi wajah itu kemudian terjadi pula pada benda-benda mati yang berbentuk menyerupai wajah.
Berasal Dari Bahasa Yunani
Pareidolia adalah kecenderungan bagi semua orang untuk melihat wajah atau pola di benda mati. Istilah pareidolia berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari dua arti kata, yakni ‘suatu yang salah’ dan ‘gambar’.
Pareidolia ini tidak termasuk dalam kelainan atau gangguan, sehingga tidak bisa disebut sebagai “kelainan pareidolia.”
Fenomena pareidolia secara umum tidak selalu dimiripkan dengan pola wajah, tapi juga berkaitan dengan bentuk Ketuhanan atau lafaz nama Tuhan.
Di awal tahun 2000-an, kerap ada tayangan yang menyajikan penemuan soal lafaz nama Tuhan yang ditemukan di berbagai hal seperti awan, tanah, bentuk batang pohon, atau bukit bebatuan.
“Buat yang belum tahu soal fenomena psikologis ini, kemiripan objek dengan apa yang ditafsirkan dianggap sebagai hal sentimental,” mengutip Klikdokter.
Advertisement
Dianggap Sebagai Hal Mistis
Bahkan, ini kerap dianggap sebagai hal mistis yang lalu dihubungkan dengan mitos atau legenda. Padahal, kemiripan bentuk itu tidak berkaitan dengan pertanda apapun dan terbentuk secara alami.
Karena ini bukan termasuk gangguan, maka siapa saja bisa mengalaminya. Waktu dan tempatnya pun tak terbatas.
Pareidolia mirip seperti persepsi. Satu objek bisa dibayangkan atau dilihat sebagai bentuk yang berbeda-beda, tergantung dari pemikiran yang melihat.
Faktor Pemicu Munculnya Pareidolia
Persepsi pareidolia tidak muncul secara tiba-tiba. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa manusia bisa melihat wajah seseorang di benda mati.
Salah satu faktornya adalah delusi psikologi. Para ahli berpendapat, pareidolia merupakan khayalan indera manusia. Dengan membayangkan sesuatu, manusia mendapatkan pembenaran dari apa yang dia yakini.
Misalnya, seseorang percaya bahwa dinosaurus pernah ada di wilayah A. Ketika ada bebatuan besar yang bentuknya mirip seperti binatang tersebut, ia menganggap bahwa batu-batu itu adalah dinosaurus yang membatu karena termakan usia. Jadi, menurutnya, apa yang diyakini selama ini benar adanya.
Advertisement