BKKBN Gandeng PFN Kolaborasi Edukasi Stunting Lewat Film dan Video Pendek

Ada beragam cara mengedukasi soal stunting termasuk lewat film dan video pendek seperti yang dilakukan BKKBN bekerja sama dengan PFN.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 13 Jul 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2023, 09:00 WIB
BKKBN Ajak PFN Kolaborasi dalam Edukasi Stunting Lewat Film dengan Filosofi Tuntunan, Tontonan, dan Tatanan
BKKBN Ajak PFN Kolaborasi dalam Edukasi Stunting Lewat Film dengan Filosofi Tuntunan, Tontonan, dan Tatanan. Foto: BKKBN.

Liputan6.com, Jakarta - Sosialisasi dan edukasi terkait stunting bisa dilakukan lewat berbagai media termasuk film dan video-video pendek. Seperti disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.

Dia mengajak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk bekerja sama menghasilkan video maupun film tentang stunting untuk dipublikasikan di platform-platform yang dimiliki Produksi Film Negara (PFN).

Menurut Hasto, BKKBN dan PFN harus selalu berinovasi mengikuti perkembangan isu terkini yang berkaitan dengan keluarga dan masalah stunting. Dia memberi contoh film Unyil yang berhasil merebut tempat di hati para penontonnya.

"Terinspirasi film Unyil yang dicintai anak-anak, kita harus berpikir keras bagaimana kita bisa menciptakan sesuatu yang ada di hati keluarga, bukan di hati anak-anak saja," jelas Hasto mengutip keterangan pers, Rabu (12/7/2023).

Ia pun berharap agar PFN bisa memunculkan tokoh lain yang sukses seperti Unyil. Hasto ingin agar produk yang dihasilkan PFN-BKKBN bersandarkan pada tiga filosofi Jawa, yakni tuntunan, tontonan, dan tatanan.

"Tuntunan itu memberikan pendidikan, tontonan itu menjadi hiburan, dan tatanan itu menyampaikan regulasi bahwa ada aturan-aturan," papar Hasto.

Kata Dewan PFN

Senada dengan Hasto, Dewan Pengawas PFN, Rosarita Niken Widiastuti, mengatakan bahwa PFN siap berkolaborasi dengan BKKBN untuk menyediakan platform-platform penyebarluasan informasi yang dimiliki PFN.

"Jadi, apapun materinya, apapun medianya, bisa kita tayangkan. Kita ingin kolaborasi, bersama teman-teman di BKKBN untuk memproduksi informasi-informasi yang amat sangat dibutuhkan seperti isu stunting," ujar Rosarita.

Cegah Stunting Dari Hulu

Hasto Wardoyo
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menjelaskan strategi BKKBN dalam percepatan penurunan stunting. Banyuasin, Sumatera Selatan (6/7/2023). Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Dalam kesempatan lain, Hasto sempat menyampaikan bahwa calon pengantin adalah sasaran strategis dalam upaya pencegahan stunting dari hulu.

Pasalnya, calon pengantin atau catin adalah pasangan yang akan membangun sebuah keluarga dan melahirkan keturunan. Tanpa pemahaman yang baik soal kehidupan berkeluarga dan pencegahan stunting, maka risiko anak lahir dengan stunting tinggi.

Para calon pengantin perlu tahu bahwa perempuan anemia berisiko tinggi melahirkan bayi stunting.

Hal ini dikutip Hasto dari kajian ilmiah kedokteran yang menunjukkan bahwa kelahiran bayi stunting sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik sang ibu.

"Hasil berbagai kajian menunjukkan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh faktor orangtua, terutama ibu. Seperti usia terlalu muda, anemia, dan kekurangan energi kronis yang dapat dilihat dari indeks massa tubuh dan lingkar lengan atas,” kata Hasto saat membuka kegiatan Kelas Pranikah dan Pemeriksaan Kesehatan bagi Calon Pengantin (Perisa Catin) di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu 5 Juli 2023.

“Perempuan yang hamil di usia muda memiliki potensi yang tinggi melahirkan anak stunting. Begitupun perempuan yang hamil dalam kondisi anemia dan kekurangan energi kronis," tambahnya.

Menikah di Usia Ideal

Menikah di Usia Ideal
Menikah di Usia Ideal untuk cegah stunting. (Image by freepic.diller on Freepik)

Untuk itu, meningkatkan pemahaman remaja dan catin soal penyiapan kehidupan berkeluarga dan pencegahan stunting sangat diperlukan.

“Sehingga mereka menikah di usia yang ideal, memiliki status gizi dan kesehatan yang ideal, dan tidak anemia", ucap Hasto.

Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin

Pada kesempatan yang sama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Prof. Phil. H. Kamaruddin Amin menjelaskan peran Kementerian Agama (Kemenag) dalam memerangi stunting.

"Saat ini, Kementerian Agama sedang menggalakkan program Bimbingan Perkawinan bagi calon pengantin sebagai amunisi memperkuat ketahanan keluarga untuk mewujudkan ketahanan bangsa", ujar Phil.

Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin (Bimwin Catin) ini tidak hanya menjadi program Kementerian Agama semata, tapi menjadi program nasional yang didukung oleh kementerian/lembaga terkait.

Kesepakatan Bersama Soal Pelaksanaan Bimbingan Catin

Kesepakatan Bersama Soal Pelaksanaan Bimbingan Calon penganting
Kesepakatan Bersama Soal Pelaksanaan Bimbingan Calon penganting guna cegah stunting. (Gambar oleh Amrullah Ab dari Pixabay).

Pada 2020, lanjut Phil, telah ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan BKKBN tentang pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin. Ini dilakukan dalam rangka penguatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Kesepakatan tiga pimpinan kementerian/lembaga ini, juga telah diikuti dengan perjanjian kerja sama oleh unit pelaksana teknis terkait.

Dalam hal ini, telah ditandatangani perjanjian kerja sama antara Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan.

Demikian pula, untuk bersama-sama menyiapkan generasi berkualitas, Kementerian Agama dan BKKBN secara khusus telah meluncurkan Aplikasi Siap Nikah Siap Hamil (Elsimil) pada Maret 2022 di D.I. Yogyakarta.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya