Banyak Ibu Bekerja Berhenti Menyusui, Ruang Laktasi Mesti Diperbanyak

Ruang laktasi diminta dapat diperbanyak agar ibu menyusui yang bekerja bisa nyaman memerah ASI.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 10 Agu 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2023, 06:00 WIB
ibu bayi sedih
Ilustrasi ruang laktasi diminta dapat diperbanyak agar ibu menyusui yang bekerja nyaman memerah ASI. icopyright freepik.com/drazenzigic

Liputan6.com, Jakarta Banyak ibu bekerja rupanya berhenti menyusui, sebagaimana data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Tercatat, sebanyak 45 persen wanita atau perempuan pekerja di Indonesia berhenti menyusui karena kembali bekerja.

Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto prihatin atas data yang dipaparkan IDAI tentang banyaknya ibu berhenti menyusui. Ia memahami bahwa ada dilema peran perempuan sebagai karyawan dan seorang ibu.

Namun, menurutnya, ini bisa diatasi ketika kantor dan fasilitas publik memiliki ruang laktasi yang nyaman dan memadai.

“Di setiap kantor dan ruang publik itu harusnya ada ruang laktasi. Di sana, ibu yang harus bekerja dapat memerah ASInya untuk stok anak yang ditinggalkan,” tutur Edy melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 8 Agustus 2023.

Kurangnya Dukungan dari Berbagai Pihak

Salah satu penyebab ibu bekerja berhenti menyusui adalah kurangnya dukungan dari berbagai pihak. Padahal, menyusui akan mencegah 20.000 kematian ibu dan kasus kanker payudara setiap tahunnya.

Menyusui juga mencegah 823.000 kematian bayi setiap tahunnya.

"ASI ini merupakan asupan ideal bagi awal pertumbuhan bayi," lanjut Edy.

ASI Itu Makanan Pokok Bayi

Pemberian ASI eksklusif juga sejalan dengan program pemerintah untuk menekan angka stunting di Indonesia.

“Pada usia 6 bulan pertama, ASI menjadi makanan pokok bayi. Lalu sampai 2 tahun, ASI tetap penting meski ada makanan pendamping ASI,” kata Edy Wuryanto.

Jangan Berikan Susu Formula

Legislator dari Dapil Jawa Tengah III ini juga melihat pentingnya ASI bagi awal pertumbuhan manusia. Ia meminta agar semua pihak mendukung pemberian ASI.

"Pertama, gerakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) harus dilakukan. Setiap fasilitas kesehatan yang melayani persalinan ibu melahirkan harus mengkampanyekan IMD," imbuh Edy.

"“Ayah dan keluarga juga harus memberikan dukungan kepada ibu dan bayinya. Jangan malah menyarankan memberikan susu formula karena ASI itu makanan pokok bayi sampai enam bulan."

Minimnya Dukungan Menyusui

Faktor Stres dan Kurang Tidur
Ilustrasi minimnya dukungan menyusui di tempat kerja menjadi salah satu penyebab berhentinya atau tidak menyusui lagi bagi perempuan pekerja.Credit: pexels.com/Ana

Ketua Satgas ASI IDAI Naomi Esthernita mengungkapkan, alasan hal yang menghambat ibu bekerja dalam menyusui. Ia menyebut minimnya dukungan menyusui di tempat kerja menjadi salah satu penyebab berhentinya atau tidak menyusui lagi bagi perempuan pekerja.

“Dengan keterbatasan dukungan menyusui di tempat kerja itu menyebabkan berhentinya atau tidak menyusui lagi, ibu-ibu yang harusnya menyusui lebih lama tapi jadinya berhenti lebih awal karena harus masuk kerja,” ungkapnya saat 'Media Briefing Pekan ASI Sedunia 2023' pada Senin, 7 Agustus 2023.

Tidak dapat Dukungan Kembali Bekerja

Saat ini, lebih dari setengah miliar wanita bekerja memiliki akses yang kurang terhadap peraturan maternitas. Mereka juga sering kali tidak mendapat dukungan untuk kembali bekerja setelah melahirkan.

“Sebenarnya, perempuan itu punya hak untuk satu atau lebih jeda harian untuk breastfeeding break atau pengurangan waktu kerja untuk menyusui atau memerah, durasi atau prosedur jam tersebut ditentukan oleh undang-undang kebijakan nasional jam menyusui dihitung sebagai waktu kerja dan dibayar,” tuturnya.

Ruang Laktasi Harus Bersih

Bentuk dukungan yang bisa diberikan perusahaan untuk wanita pekerja yang menyusui adalah dengan menyediakan ruang laktasi yang layak untuk menyusui dan memerah ASI.

Perusahaan juga bisa menyediakan tempat menyimpan ASI di area yang layak serta bersih sehingga tidak harus memerah di toilet yang tidak higienis.

"Ruang laktasi ini harus bersih, nyaman, aman dan private untuk ibu, harus cukup space-nya untuk bisa digunakan si ibu dan mudah dijangkau, ada furniture-nya, ada air bersih, ada penerangan cukup, ventilasi cukup dan jangan lupa kebersihan, papar Naomi Esthernita.

UNICEF sudah mencontohkan ruang laktasi yang dianjurkan. Ruang laktasi idealnya, terdiri dari kursi yang nyaman, stop kontak untuk alat pompa ASI, meja, lampu dengan penerangan baik, kulkas menyimpan ASI, tempat sampah, tisu, wastafel untuk cuci tangan, sabun dan pintunya yang dapat dikunci.

Infografis Journal
Infografis Adu Nasib Pekerja Kota Penyangga Jakarta (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya