Tidak Hanya Pada Paru-Paru, Polusi Udara Juga Ganggu Sistem Pencernaan

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebut gangguan pencernaan juga berdampak pada sistem pencernaan dalam tubuh.

oleh Ruli Ananda Putri diperbarui 30 Agu 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2023, 09:00 WIB
Diare
Selain gangguan pernapasan, gangguan pencernaan juga disebabkan polusi udara (sumber foto: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara umumnya diketahui hanya berdampak pada organ paru-paru saja. Namun Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari Fahrial Syam menyebutkan bahwa polusi udara bisa berdampak pada pencernaan.

Prof Ari menjelaskan, polusi udara ini bisa masuk melalui makanan yang kita konsumsi. Zat dari polutan seperti logam berat, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3), senyawa organik volatil (VOC), dan sulfur dioksida (SO2) yang menempel pada makanan inilah yang akan mempengaruhi mikrobiota dalam tubuh.

Ketika mikrobiota terganggu atau mati akibat polutan, maka keseimbangannya terganggu dan dapat memicu penyakit seperti diabetes, obesitas, gangguan metabolik.

"Ketika mengonsumsi makanan di udara terbuka, bisa secara langsung polutan tersebut juga ada di makanan. Ketika dikonsumsi dan dihirup, polutan berbahaya masuk kedalam tubuh dan menganggu sistem pencernaan," ujar Prof Ari dalam webinar bertajuk Tinjauan Guru Besar FKUI: Dampak Polusi Udara pada Kesehatan, ditulis Selasa (29/8/2023).

Polutan yang masuk kedalam tubuh ini bisa menyebar ke esophagus, lambung, usus 12 jari, sampai secara langsung berdampak pada saluran cerna.

"Secara sistem, ketika masuk ke paru-paru, udara berputar di dalam sehingga mengganggu kerja organ-organ seperti lever, ginjal. Jangan dianggap sederhana masalah polusi udara ini," katanya.

 

 

Dampak Polusi pada Saluran Cerna

Prof Ari mengatakan, polusi ini bisa menyebabkan masalah pada saluran cerna secara jangka pendek dan panjang.

"Ketika makanan mengandung polutan tentu akan berdampak pada diare, tapi secara jangka panjang jadi akan menyebabkan peradangan pada usus besa yang bisa terjadi inflammatory bowel disease," tegasnya.

Sementara dampak jangka panjangnya bisa menganggu jantung, lever, ginjal. Dan juga bisa terjadi risiko depresi, dan gangguan di otak.

Polusi Udara Dan Saluran Pencernaan

Prof Ari pun mendorong pemerintah segera menangani masalah polusi udara. Kebijakan untuk mengurangi asap kendaraan lewat diberlakukan ganjil genap sempat disinggungnya. Menurutnya, hal ini kurang efektif.

"Sebab pada beberapa kasus, satu keluarga telah menyiapkan kendaraan berplat nomor ganjil dan genap. Sehingga banyak orang memiliki cadangan kendaraan," ujarnya.

Apa Itu Inflammatory Bowel Disease?

IBD adalah suatu penyakit peradangan usus kronik baik usus besar atau juga melibatkan usus halus yang memerlukan pengobatan jangka panjang.

Secara umum IBD terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kolitis ulseratif, penyakit chron's, kolitis indeterminate. Penyakit ini belum bisa disembuhkan secara total, akan ada penangan khusus oleh dokter terkait penyakit ini. Perlu diketahui gejala IBD sebagai berikut:

  1. Diare kronik
  2. Nyeri perut
  3. BAB berdarah
  4. Lemas
  5. Berat badan turun

Jika terdapat gejala diatas, disarankan untuk segera periksa ke dokter terkait sakit yang dirasakan agar segera dicegah sedini mungkin. 

Banyak orang masih melakukan kerja secara offline yang mengharuskan untuk keluar rumah, sehingga disarankan untuk menggunakan masker, gunakan kendaraan listrik, atau kendaraan umum untuk mengurangi jumlah polusi udara.

Infografis Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Sedunia. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Sedunia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya