4 Alasan Remaja Pakai Rokok Elektronik atau Ngevape, Persepsi Enggak Bikin Kanker Masuk Daftar

Padahal, beragam riset menunjukkan rokok elektronik menyebabkan adiksi dan berisiko kanker.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Jan 2024, 14:08 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2024, 17:00 WIB
Mendag akan Larang Rokok Elektrik Beredar di Indonesia
Rokok elektronik (e-cigarette) kini menyasar remaja. Hasil riset menunjukkan alasan remaja memilih mengisap rokok elektronik. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Rokok elektronik atau vape tak cuma menyasar dewasa muda, anak-anak usia SMA pun tidak sedikit yang menghirupnya.

Menurut studi yang dilakukan Bigwanto pada 2019 terhadap 767 remaja SMA di Jakarta ada empat hal yang membuat mereka mengisap vape:

  1. Persepsi bahwa rokok elektronik tidak lebih adiktif dari rokok konvensional
  2. Persepsi rokok elektronik tidak bikin kanker
  3. Izin dari orangtua
  4. Cukup uang untuk membeli rokok elektronik.

Berbicara poin satu dan dua, nyatanya persepsi remaja tersebut tidak tepat. Beragam riset menunjukkan rokok elektronik bisa menyebabkan adiksi dan berisiko kanker.

Dalam riset New England Journal of Medicine 2014 disebutkan bahwa rokok elektronik menyebabkan adiksi. Masih dalam jurnal yang sama disebutkan bahwa vape bisa menjadi pintu masuk narkoba. Caranya dengan dengan memasukan narkoba ke dalam cairan vape.

Riset tentang rokok elektronik dan adiksi juga sudah ada di Indonesia tepatnya RSUP Persahabatan Jakarta pada 2018.

Dari 71 subjek pengguna rokok elektronik yang diteliti 76,5 prsen mengalami adiksi. Lalu, hasil pemeriksaan juga menunjukkan kotinin urine pengguna rokok elektronik yang rutin mencapai 276,1 ng/ml. Kotinin urine adalah untuk mengetahui keberadaan nikotin dalam urine.

Angka tersebut ternyata setara dengan orang yang merokok 5 batang rokok konvensional setiap hari.

"Kadar kotinin urine pengguna rokok elektronik rutin 276,1 ng/ml setara dengan 5 batang rokok per hari," kata Direktur Utama RSUP Persahabatan Profesor Agus Dwi Susanto dalam diskusi daring Selasa, 9 Januari 2024.

Rokok Elektronik Bersifat Karsinogen

Fakta lain adalah beragam studi di luar negeri menunjukkan bahwa kandungan yang di dalam rokok elektronik bersifat karsinogen atau menyebabkan kanker.

"Ini jurnal dan riset yang masuk Q1 atau paling tinggi dari strata ranking jurnal internasional," kata Agus.

Paling tidak ada enam zat dalam kandungan rokok elektronik yang bersifat karsinogen, yakni:

  • Nitrosamin
  • Glycol dan gliserol
  • Aldehyde dan formaldehyde
  • Acrolein, otoluidine, 2-naphtylamine
  • Logam dan heavymetal
  • Particulate matter (PM)/UFP yang keluar dair uap

Uap Rokok Elektronik Juga Berbahaya

Kaum Muda Perlu Dilibatkan dalam Pengendalian Konsumsi Rokok
Ilustrasi rokok, perokok, vape, rokok elektrik. Foto (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Selain bisa membuat adiksi dan meningkatkan risiko kanker, beragam studi juga memperlihatkan dampak buruk uap rokok elektronik yang digadang-gadang aman.

1. Iritasi saluran napas

2. Meningkatkan gejala pernapasan

3. Meningkatkan risiko bronkitis

4. Meningkatkan risiko asma

5. Meningkatkan risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis

6. Risiko radang paru

7. Risiko paru bocor

8. Risiko kanker paru

9. Risiko pneumonitis

Dampak Bagi Kesehatan 15 Tahun Sejak Penggunaan Pertama

Bila sudah sejak remaja menggunakan vape, maka dampak buruk rokok elektronik bisa terlihat 15 tahun ke depan. Bila sudah memulai menggunakan rokok elektronik dampak buruk bakal bisa terlihat saat berusia 30-an.

"Kalau tidak ada regulasi yang mengatur ya kita lihat saja, nanti akan ada bom waktu," kata Agus.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya